Jumat, 31 Desember 2010

Thanks 2010

ceritanya edisi malam tahun baru, dan gw akan ngungkapin terima kasih gw kepada tahun 2010. Tahun 2010 jelas bukan tahun terbaik gw, tapi tahun ini banyak pelajaran yang didapat. Untuk itu, gw ingin berterimakasih kepada semuanya yang memberi pelajaran tersendiri kepada gw. So, I would say thanks to :
thanks mom and dad
thanks brother and sisters
thanks rumah dara
thanks EO Maxi
thanks anak jalanan
thanks sahabat-sahabat
thanks Segitiga Production, SBTV dan KTV
thanks para dosen
thanks Nue Ad.
thanks Suara Merdeka
thanks Visi
thanks Youtube
thanks google
thanks blogspot
thanks nature
thanks merapi
thanks smash biru
thanks rumah mungil di Jl. mr Sartono no 93
thanks speedy
thanks twitter
thanks universe
special thanks GOD

you guys have taught me well, and now I'm so funckin' ready to rock 2011!

Kamis, 16 Desember 2010

Just Go! Find Your Life!

secara sadar gw ucapin kata-kata itu ketika ngobrol panjang lebar bareng salah satu teman SMA. Obrolan yang gak biasa kalo boleh dibilang. Biasanya obrolin orang lain, sekarang temanya obrolin diri sendiri. Tepatnya masa depan... beuhh
yak yak yak, gw tergelitik ketika temen gw tanya : "Abis kuliah mau ngapain?"
sejenak gw mikir, kerja. Sampai sekarang gw emang butuh kerja errr butuh duit sebenarnya. Langsung dong gw nanya balik, "nek kowe?" (kalau kamu?)
dengan yakin dia jawab : "Aku lanjut S2 nan, itu udah direncanain sejak awal sama bapak, abis kuliah gak dibolehin kerja dulu sebelum S2"
gw tanya lagi, "masa gak langsung coba dulu kerja gitu barang setahun?"
jawabnya : "enggak, aku nurut aja sama bapak"
dia lanjutin "yak aku emang gak kayak kamu sih, bisa bebas gitu, tapi aku nyaman kok dengan semua ini"
gw jawab "satu hal ya, hidup itu cuma sekali, what you have to do is GO FIND YOUR LIFE"
dia cuma membalas dengan senyuman kecut. "Aku nyaman kok dengan pilihan ini"

ohhh, dunia it unik...err kehidupan maksud gw. Banyak pilihan-pilihan yang justru bagi gw diluar nalar. Dan bagi mereka sangat esensial. Gw gak nyalahin pilihan temen gw. As long as you're in the positive way, go then.
tapi menggantungkan hidup pada pilihan orang lain, bagi gw fatal. It's your life, control is yours. Batasan memang selalu ada, tapi batasan gak selalu mengebiri harapan dan keyakinan. Apalagi masa depan. Go find your life, bagi gw sarat makna. Terserah apa orang mau ngomong, life is journey, life is an adventure, yang penting adalah itu hidupmu dan hiduplah untuk hidupmu. That's the main point!
kadang gw juga suka gimana gitu kalo geliat ada orang atau remaja-remaja yang menanggalkan impian mereka demi menyenangkan orangtua. Paling umum ketika remaja disuruh milih buat kuliah di jurusan apa. Peran orangtua harusnya maksimal adalah mendukung, bukan ikutan memilih. Ada beberapa teman gw (bahkan gw juga hampir gitu) yang mengalaminya. Sampai pada akhirnya mereka tidak cocok dan asing dengan pilihan orangtua (dalam konteks ini oranglain).
Juga seperti perkara "Mau masuk IPA atau IPS di SMA". Orangtua dulu (sekaang masih tapi banyak yang udah insap) menganggap masuk IPA itu bergengsi, segalanya, dapat dibanggakan dll. beberapa stereotip itu bahkan juga masih melekat di sodara-sodara. Sampe rela nyogok2 supaya anaknya bia masuk IPA padahal fisikanya NOL besar. Hal semacam itu yang mengebiri kreativitas. sekarang masih banyak orang hidup tidak berdasarkan pilihannya sendiri.
Padahal hidup dengan pilihan sendiri itu asyik, menegangkan, playfull dan berharga. Tentunya dalam alur hidup yang positif. Dan yang paling penting, ada rasa ikhlas dalam menjalani kehidupan. Hidup akan lebih indah.
So? just Go Find Your Life!

Selasa, 23 November 2010

Ngomongin Musik Tetangga

well, akhir-akhir ini gw rajin ngulik Youtube, situe streaming video kondang itu. Banyak yang gw liat, dari update game-game Final Fantasy (meskipun hampir tak mungkin menyentuhnya lagi), film, video-video penampakan (kayak anak smp), sampe liat video klip penyanyi kondang. Nah yang terakhir ini yang menarik.
Awalnya sebagai salah satu korban budaya MTV, jadilah gw mantengin video klip band-band atau penyanyi asal amrik sono. Menarik, tertarik dengan Vanilla Twilightnya Owl City. Salah satu yang bagus menurut gw. Banyak yangmenarik, tapi banyak pula yang kacrut menurut gw.
Apa kabar musik dalam negeri? stagnansi. Jelas. Otak-otak duit yang memonopoli pasar musik membuat semuanya menjadi beragam. Kreativitas lebur di sini. Utungnya masih ada pejuang-pejuang di jalur mainstream, yang tetap mengibarkan
idealismenya. Tapi, wait... gw gak akan bahas stagnansi musik Indonesia di sini.
Yang akan dibahas adalah masik negara tetangga. Tetangga kita yang gak pernah akur (dalam hal diplomasi). Yak Yak Yak, Malaysia.
Kata orang lagu-lagu negara ini isinya ya lagu melayu gitu. Identik dengan mellownya (inget band exist?). Iseng, gw kulik-kulik deh mbah google. Dan ternyata diluar prediksi. Musik mereka gak kalah. Memang ada yang bermellow ria, tapi tetap ada musisi bagus. Kualitasnya udah internasional kalo gw bilang. Misalnya nih :


Hujan
Band ini beraliran rock alternatif dan sedikit berbau emo, beberapa bernada mirip lagu-lagu anime jepang gitu. Ada dua track favorit gw, Bila Aku Sudah Tiada dan Mencari Konklusi. Bahasa yang dipake emang bahasa melayu, tapi gak masalah. Justru menurut gw unik. Band ini punya "taste" dalam bermusik.

Yuna Zarai
Yang pertama bikin gw tertarik sama ni cewek adalah namanya. Yuna, sama dengan tokoh di gim fafvorit gw, Final Fantasy. hehehe
Ternyata gak cuma nama, suara ni cewek oke banget. Di albumnya Decorated, doski (duh bahasa jaman kapan ini) lebih banyak main akustik. Suaranya bening. Beberapa track berbahasa Inggris dan kdengerannya mirip-mirip Lenka atau Bjork. Nah pas nyanyi lagu berbahasa Melayu, suaranya lebih mirip ke Astrid. Satu lagi, dia adalah penyanyi modern yang pede dengan jilbabnya, beda sama siti nurhalo-halo yang kadang make kadang enggak. Standing ovation buat satu itu. Good job girl! Track favorit : decorated, penakut.
Zee Avi
Gadis mungil ini juga punya talenta yang hebat. Pertama kali gw tau dari temen gw, yang pamer lagunya Kantoi. Lucu, unik dan mix antara bahasa melayu yang kental dengan bahasa inggris. Liriknya unik dan simpel. Track favorit : Kantoi, Bitter Heart

Itu baru sebagian yang gw tau, keren kok, coba dicari deh. Hal ini menunjukkan gak semua-muanya yang berbau Malaysia itu negatif. Yang satu ini cukup positif menurut gw. Harusnya mereka didengerin, supaya musisi Indonesia itu gak bikin lagu-lagu yang alay-alay. Terus pendengar mungkin sekali-kali diajak dengerin musik yang punya taste (rada susah sih, karena masalah selera). Atau paling enggak ada dukungan buat musisi Indonesia yang berada di jalur mainstream (ERK, M2M, BOTC dan masih banyak lagi). Hidup musik Indonesia!

*FYI untuk musisis Indonesia yang paling gw demen : Adhitya Sofyan, Ballads of the Cliche, SORE :)

Kamis, 18 November 2010

Bahkan Setelah Titik, Lanjutkanlah!

it's like a motivation word for me. Seperti quote cantik dari the Beatles "The end has no end". Walaupun secara harfiah artinya beda, namun secara substansi sama. Meskipun titik itu sebuah pertanda bahwa itu adalah akhir kalimat, jangan cuma berhenti di situ. Beyond from that point, you can discover anything. Titik bukan batas, border atau apa itu namnaya. Titik adalah tempat kita berhenti sejenak mengenal diri. Untuk kemudian dilajutkan lagi.

udah, gak punya ide lebih... hahaha daripada posting gombal-gombalan

Senin, 08 November 2010

Serba Cepat, Serba Salah


Berita bencana memang berita yang paling dibenci sekaligus dinantikan oleh semua orang. Percaya atau tidak itu adalah benar. Terutama di bulan Oktber lalu. Berita bencana bertubi-tubi memenuhi headline koran, sekilas info hingga berita tengah malam. Tak tanggung-tanggung memang, Indonesia sedang dilanda "kekejian alam" yang super dahsyat (super saja cukup, kalau Maha milik yang di atas). Total ada 3 bencana super besar menyapu daratan Indonesia. Banjir Bandang Wasior, gempa dan tsunami di Mentawai, hingga yang sampai saat ini masih terjadi Meletusnya Gunung Merapi.
oke, di sini gw gak akan ngebahas mengenai bencana itu. Silahkan cari di blog lain atau baca berita di koran saja. Yang bakal dibahas di sini adalah tingkah laku teman-teman media di Indonesia pada bencana ini.
Khusus pada bencana Meletusnya Gunung Merapi. Bisa dibilang ini bencana yang paling menyita perhatian, sampai-sampai Justin Bieber ikut ngetwit ketika bencana ini melanda Indonesia. Gw ulang ya, cuma NGETWIT. Baiklah, abaikan si remaja ababil itu. Merapi sudah seminggu lebih dalam keadaan awas. Meletus pertama kali tanggal 26 Oktober dan tidak berhenti di situ. Merapi terus-terusan menghembuskan wedhus gembel, meludahkan awan panas, hingga melancarkan "volcanic ash" sampai kemana-mana. Bagaimana kita tahu perkembangan Merapi selama itu? jawabannya media. Yak media adalah senjata aktif untuk memberikan informasi secara cepat dan tepat sekaligus media hmm maaf... propaganda (kadang baik tapi kebanyakan....)
Singkat cerita, media menjadi lini terdepan dalam maslaah gunung meletus ini. Gak salah, karena media menjadi andalan jutaan orang di Indonesia. Media adalah penghubung cerita bagi orang di Sumatera ketika ingin mengetahui korban atau pengungsi Merapi. Di sini, media bak malaikat bagi semua. Malaikat pemberi kabar baik sekaligus kabar paling jahat.
Dan cling! media lalu berusaha mati-matian menyajikan info-info paling gress seputar Merapi. Dan di sinilah topik sebenarnya yang akan dibahas.
Ketika hiruk pikuk Merapi terjadi, meyajikan informasi secara cepat dan akurat adalah suatu hal yang wajib bagi media massa. Cepat dalam menyajikan karena banyak yang penasaran dan akurat, karena kebenaran adalah hal yang mutlak di sini. Hmmm dan fenomenanya di sini tidak semua, seratus persen media melakukan ini. Banyak yang terlalu teguh pada "kecepatan" dan mengabaikan sisi keakuratan. Fatalnya, hal ini banyak dilakukan oleh media elektronik yakni televisi, media massa paling ampuh sejagad raya (setidaknya di negara seperti Indonesia).
Kita semua tahu, ada 2 channel berita favorit di warna-warni pertelevisian diIndonesia. Di sini pake inisial saja yah, "si merah" dan "si biru". Semua taulah ya siapa mereka.
Sekedar info, gw yang belajar di jurusan komunikasi, sedikit-sedikit mengenai manajemen media, peliputan dan blablabla. Bukan bermaksud sombong, tapi cuma meyakinkan saja bahwa ini diambil dari sudut pandang seorang mahasiswa komunikasi. Bukan dari sudut pandang anak teknik elektro, gak ada hubungannya itu.
Lanjut lagi, kita kenal dua stasiun TV itu. Si merah sempat jadi sorotan para praktisi media dengan ulahnya ketika melakukan pemberitaan teroris. Si biru, langkahnya lebih adem ayem (maklum mungkin merasa lebih senior, jadi gak "se-pecicilan" si merah). Tapi tetep aja, muatannya banyak mengarah ke propaganda politik dibanding menyajikan informasi.
Dua pesaing itu kini tengah mencoba merebut hati khalayak melalui Merapi. Dan.... hmmm. Imbang. Imbang kacaunya maksud gw.
Si merah, lagi-lagi dan lagi (maksudnya sering banget) melakukan reportase yang "asal dapet data". Kenapa begitu, karena begitu (nah loh, bingung kan...). Jadi begini, ketika mereka (tim liputan) mendapatkan data mengenai apa yang akan diberitakan, kebanyakan (emang gak semuanya) tidak melakukan cek, ricek, dan kroscek. Sehingga menyebabkan kesalahan informasi. Contohnya gini, pernah waktu itu ketika zona bahaya merapi masih 5 KM dari puncak, si merah ini menyebutkan 20 KM, sontak banyak warga panik akibat hal ini. Akibatnya pihak si merah ini dimarahi sama Pak Surono (beliau merupakan kepala BMKG). Sembrono sih
kalau si biru lain lagi. Spesialisasinya mungkin bukan "terdepan dalam melebaykan" kayak si merah, tapi si biru ini jadi robot partai tertentu. Dimana-mana yang dishoot pakaian atau seragam tukan masak di dapur umum yang pake baju "biru-biru". Gak salah, tapi tidak pada tempatnya dan jatuhnya cukup annoying bagi gw. Selain itu, mungkin karena banyak wartawan senior di terjunkan di awal-awal bencana dan tugasnya lebih berat di deket2 puncak, maka untuk berita-berita di pengungsian lebih banyak wajah-wajah baru. Dan sepertinya mereka, entah belum dibriefing, atau emang buta lokasi dan situasi, informasi atau liputan yang mereka sampaikan kadang bikin ketawa. Jadi pernah ada seorang reporter dari si biru. Identifikasi awal dari mukanya, mbaknya satu ini lebih cocok jadi fashionista di mall-mall darpada berlusuh-lusuh ria jadi reporter. Selain itu teori kecantikan berbanding terbalik dengan kecerdasan berlaku di sini. Mbaknya ini cuman modal cantik, tapi maaf... kopong kepalanya. Jadi begini, posisi dia berada di barak pengungsian di Maguwoharjo, Yogyakarta. Jelas di situ banyak pengungsi dari berbagai umur. Si mbaknya (saya lupa namanya, tapi inget wajahnya, cantik sih...)ingin mewawancarai secara LIVE dengan pengungsi. Maka dipilihlah satu mbah-mbah di situ. Si reporter tanya sesuatu dengan bahasa Indonesia, lalu responden (nenek malang) itu menjawab dengan bahasa Jawa super medok. Sesaat si reporter cantik tapi kopong itu bengong, keliatan begonya. Tapi nekat aja nyerocos ngasi pertanyaan ke mbahnya. Si nenek tetep dong, kekeuh dengan jawaban bahasa Jawa yang super medok. Nahh abis itu dengan mimik wajah bego banget si reporternya bilang gini, "jadipemirsa, sekarang kita cari lagi responden yang bisa BERBAHASA INDONESIA" ...... *jedugin kepala ke lantai*.... ngakak gw langsung. Mbokya liat-liat dulu dari awal, cari dulu siapa yang bakal diwawancarai. Hahahaha
Yah, gw tahu dan sangat tahu, situasi di TK memang tak semudah yang dibayangkan, apalagi di barak pengungsi. Suara bayi nangis pengen susu, orang nangis meratapi sapinya yang mateng, yang kelaperan belum dapat nasi bungkus senua bersatu padu. Antara berisik tapi menyedihkan dan memilukan. Tapi, anda sebagai reporter harus tetap fokus dan menjaga kredibilitas lembaga yang anda bawa.
hahaha, masih banyak lagi sebenarnya yang masih bisa dibahas. Tapi apa daya deh, mata udah 2 watt. Mungkin kalau ada kesempatan gw sambung lagi...

*oh iya, pernah gw ngeliat pas tayangan live report di biru, muncul gambar mobil van dengan logo si merah. Kondisi mobilnya udah ketutup abu semua, kecuali logo si merah yang dishoot terus-terusan. Hmmm, curiga dengan gambar satu ini. Di lapangan reporter memang berkwan satu sama lain, tapi kalau udah di kantor urusannya jadi beda. Sampai sekarang masih penasaran apa maksud gambar van berlogo si merah itu...*kurang kerjaan*

Minggu, 07 November 2010

Le Grand Voyage


Merasa berdosa ni tidak aktif lagi. Sulit bagi gw buat tetep aktif di blog. Ge masi utang postingan review film. Well, gw ngaku sering males, hahaha. Tapi sekarang gw niat kok. Ni buktinya gw tulis review gw (walaupun gw bukan kritikus film atau spesialis kritikus film, jadi ini benar-benar subjektif). Here we go, Le Grand Voyage !

Starring: Nicolas Cazale, Mohamed Majd, Jacky Nercessian, Ghina Ognianova, Kamel Belghazi
Directed by: Ismael Ferroukhi
Genres: Art House & International, Drama
Release Date: April 8, 2005
DVD Release Date: March 28, 2006

Film perancis ini menceritakan tentang perjalanan seorang anak (Nicolas Cazale) yang mengantarkan ayahnya (Mohamed Majd) yang notabene keturunan Maroko pergi naik haji melalui jalan darat. Yap, film ini bergenre roas movie, ya semacam 3 Hari Untuk Selamanya, namun kontennya di sini jauh berbeda. Walaupun kemasannya sedikit condong ke agama tertentu, namun isi yang ditawarkan lebih dari itu. Drama tentang seorang ayah yang penganut agama Islam taat dengan anaknya yang telah terseret budaya barat. Bukan mengasosiasikan budaya barat jelek sepenuhnya, tapi si anak bengal ini terlalu jauh masuk ke dalam budaya yang dilarang oleh agamanya. Dan situlah drama terjadi.
Anda-anda yang merasa banyak dosa sama babe, bokap, papa, papi, ayah, bapak masing-masing layak nonton film ini. Bagaimana kedua orang ini berinteraksi dari rumah mereka di perancis sampai mekkah. Banyak yang terjadi. Banyak hal semiotik terjadi di sepanjang perjalanan. Dan tentu saja, kemistri bapak-anak ini begitu mendalam. Akting Niclas Cazale yang selengekan diadu dengan akting dingin Mohamed Najd bener-bener sempurna.
Gw gak tau apa yang harus direview lagi dari film ini. Yang jelas film ini sukses bikin gw mewek dan langsung rindu babe pas di endingnya. Percaya deh, this movie is beautiful and have something important to tell about!

Minggu, 24 Oktober 2010

Yeah, Lupakan Jakarta


Juli
bagi gw adalah bulan paling parah dalam tahun 2010. Mengutuk, cemburu, marah, malas, semua yang jelek larut jadi satu. Salah satunya masalah magang. Magang bagi gw sampai saat ini adalah kesempatan emas. Mengembangkan karir ke depan sekaligus mengembangkan nilai hidup. Target utama gw sama dengan teman lain kebanyakan : Jakarta.
Jakarta masih mempunyai daya tarik tersendiri --> gak munafik, gw ngeliat itu.
Yap, Jakarta menawarkan jutaan mimpi dan tantangan bagi kami kaum yang berada jauh di Jakarta. Tapi mimpi itu (sementara) harus dikubur dulu. Banyak hal yang membatasi gw untuk merantau kesana. Ketika itu gw kayak gak bisa menerima. Dilema, bimbang sedih dan sebagainya. (Terlebih ngeliat status beberapa kawan yang lagi kena hypenya metropolitan)

Adhitya Sofyan - Forget Jakarta
Lagu ini sebenaranya berisi tentang orang-orang yang mempunyai ikatan emosi dengan kota J-town itu.

I’m waiting in line to get to where you are
Hope floats up high along the way
I forget Jakarta
All the friendly faces in disguise
This time, I’m closing down this fairytale

And I put all my heart to get to where you are
Maybe it’s time to move away
I forget Jakarta
And all the empty promises will fall
This time, I’m gone to where this journey ends

But if you stay, I will stay
Even though the town’s not what it used to be
And pieces of your life you try to recognize
All went down

I travel the world to get to where you are
Strangers i met along the way
You forget Jakarta
Leaving all the lunacy behind
This time give me back my sanity

Yeah I’m still on my way to get to where you are
Try to let go the things I knew
We’ll forget Jakarta
Promise that we’ll never look behind
Tonight, we’re gone to where this journey ends

And all the pictures that you try to loose
Will follow you behind like ghosts do
And all the lies you try to keep
Have fall behind to catch you even more

lalu apa yang terjadi, gw merenung. Gw lihat apa yang ada di sekitar. Gw cermati, mereka tidak selalu harus berada di sana, dan mereka bahagia.
lagu ini secara tidak langsung membuat gw sadar. Jakarta bukanlah segalanya
setidaknya untuk saat ini. Banyak tempat yang bisa gw ungkap dan pecahkan misterinya. Jakarta tetap memikat, tapi dunia luar jauh lebih memikat

Try to let go the things I knew
We’ll forget Jakarta
Promise that we’ll never look behind
Tonight, we’re gone to where this journey ends

perjalananku tidak terhenti di Jakarta, because the end has no end...

Rabu, 11 Agustus 2010

Dara yang berdarah darah....


Oke review selanjutnya ---> RUMAH DARA

Apa sih yang kadang diarepin dari film bergenre slasher? Kalau ngeliat Texas Chainsaw Massacre, The Descent, Saw gitu apa yang paling dominan? yap betul, efek darah muncrat, daging kemana-mana, usus terburai, kadang pake acara kepala gelinding segala. Tapi ngeliat track record perkembangan dunia film Indonesia, apa iya negeri ini bisa bikin film macem begituan???

Bagi gw, Rumah Dara cukup menjawab semua pertanyaan itu. Bisa dibilang, Rumah Dara adalah film slasher pertama di Indonesia. Sebenarnya film ini adalah versi panjang dari film pendek berjudul Dara, yang masuk antology film horor di Takut. Dan sebagai pioneer, Rumah Dara cukup membuat gw terhenyak dan berpikir "Gila ni yang buat, gila!!!"
mari kita bahas satu per satu elemen filmnya.
Jalan cerita. Seperti yang pernah gw bilang di review sebelumnya, gw gak terlalu ngarep pada poin ini. Dan ternyata benar. Rumah dara mempunyai jalan cerita klasik film slasher. Sekelompok anak muda, tersesat atau masuk dalam sarang pembunuh then mereka bakal dibantai satu per satu. Begitu juga dengan film ini, gak jauh beda. Alkisah si heroine kita, Jullie Estelle bersama rombongan teman-teman kakaknya melakukan perjalanan dari Bandung ke Jakarta. Baru mau jalan mereka dicegat oleh Maya (aduh nama aslinya lupa). Ceritanya Maya tersesat dan minta dianterin pulang karena rumahnya searah gitu. Dan untuk selanjutnya bisa ditebak sendiri. Ternyata dalam rumah Maya, dihuni keluarga aneh, dipimpin oleh Dara Sharefa Danish). Ibu muda yang tidak diketahui umurnya. Aneh dan dingin.
Singkat cerita mereka termasuk si Jullie terjebak dalam lingkaran maut.
dari cast, Shareefa Danish menampilkan akting terbaiknya di sini sebagai Dara. Dingin, Kejam dan menakutkan. Bener-bener salut sama dia. Pembawaannya sempurna. Terbaik kedua adalah Sigi Wimala yang brakting sebagai ibu hamil. kesakitannya ketika "melahirkan paksa" oleh Dara sangat real. Keren. Siapa yang nggak ingat adegan dia nguping di pintu (ketika Ario Bayu yang jadi suaminya ditawan ma si Dara) terus tau-tau ada pisau nancep di jarinya. Damn...what a flesh!
Jullie Estelle? mainnya standar. Aktingnya gak jauh beda ketika main di Kuntilanak. Penyelamat ini karakternya ambigu, kadang lemah, kadang uat, kadang nekat kadang-kadang...
yang paling keren dari film ini apalagi kalau bukan : efek sadistik tingkat tinggi. Walaupun cuman sempet liat yang versi cencord, tapi bagus. Tetep berdarah-darah. Konsisten dari awal sampai akhir. Ada adegan kepala gelinding mpe menurut gw yang paling kerasa ya tusukan maut si Dara ke jari-jari Sigi. Damn. I was shocked at that time (walaupun bisa dibilang ini sebenarnya ramuan kuno di film beginian).
Rumah Dara tetap belum bisa dibandingin (Sama film horor lokal yang punya taste sama), mungkin yang bisa nyaingin ya seri pendahulunya, Dara itu sendiri. Minus poin? story. Gampang banget ketebak gimana endingnya!

Selasa, 10 Agustus 2010

Siap-siap muntah darah di Art Of The Devil


Okey review gw mulai dari posiis paling bontot dulu yap
Art of the Devil

Release Date: June 27, 2006
Director: Tanit Jitnukul
Writer: Tanit Jitnukul
Starring: Arisa Wills Supakson Chaimongkol Krongthong Rachatawan Tin Settachoke Somchai Satuthum
Studio: Tokyo Shock

sebelum masuk ke sinopsis, ada beberapa pertanyaan di selalu muter di otak gw kalo liat film horor (oh iya, lupa genre film ini horor...bisa ketebak dari judulnya), balik ke pertanyaan tadi jadi ada beberapa pertanyaan yang mencakup : endingnya gimane nih? setannya apa? bunuh-bunuhannya keren gak? pemainnya bohay gak? (yang terakhir itu cuma berlaku kalo nonton horor lokal). Untuk storyline, gw emang gak berharap banget story buat film horor. Karena yaahh palin gitu-gitu aja, yang bikin plus-plus adalah eksekusi storylinenya. Gimana caranya agar film itu bisa bertanggung jawab atas cerita yang dibangunnya (sekalipun punya cerita paling dangkal sekalipun)

dannnnn....semua elemen pertanyaan itu terjawab di film ini. Yang pertama, ending. Bagi gw, film ini punya twist ending yang lumayan bagus. Jalan cerita juga dibangun dengan lumayan rapi dan gak keburu-buru. Cuan kadang banyak cerita flashbacknya kurang ditepmpatkan dengan rapi, jadi kadang agak bikin bingung pertama. Tapi lumayan sih, gak bikin gw mangap.
Kedua adalah masalah bunuh-bunuhan. Meski gak wajib di film horor, adegan kayak gini adalah salah satu adegan yang paling ditunggu penonton. Yap, gore scenes. Art of the devil menawarkan tinkat kesadisan yang lumayan. Meski sedikit diluar nalar (masak iya ada tokek keluar dari punggung), tapi untungnya hal itu emang dikembangin sesuai dengan cerita (ceritanya emang seputar dukun-dukunan gitu). Adegan paling pol yah adegan bakar manusia itu. Apalagi pas luka bakarnya dilap pake kain mpe kulitnya ngelupas (bayangin sendiri deh rasanya bakal kayak apa).
Oh iya, setannya kelewat. Karena mungkin horor ini adalah tipe horor yang mengangkat horor lokal seputar santet dukun dan sebagainya maka setan a.k.a mahkluk halus juga gak mau ketinggalan buat ningkatin adrenalin penonton. Tapi sayang deh, penampakannya masih terlalu standar. Angle kamera yang diambil ketika setan keluar masih kurang variatif dan setannya terlalu massal. Untungnya scene ini muncul sementara aja.

Storyline :
Ceritanya tentang sekelompok anak muda tamatan SMA yang mengadakan reuni di kampung halaman salah seorang temannya di kampung. Nah nyokap temannya itu adalah guru mereka sewaktu masih SMA. Banyak skandal yang terjadi sewaktu ibu muda itu mengajar. Dan itu juga yang menyeret kawanan muda-mudi ini untuk datang ke rumahnya untuk dibantai. Simple dan klasik banget. haha. (maaf, udah lama banget nonton film ini jadi lupa semua nama karakternya)

krik..krik...

kemarin sempet kepikiran, update terakhir gw tentang film-film yang memoreble di hidup gw. Nah... kayaknya nggak adil kalau gak dibuatin reviewnya satu per satu. Yaa itung-itung biar diar dianggep rajin ngebloglah.... oh iya ini review murni penilaian dari kacamata gw, jadi kalau ada yang kurang sreg, ya mohon maaf dehh hoho. soalnya gw juga bkan kritikus film atau apa, cuman nyampein apa yang gw liat dan gw rasain.

Puasa Puasa Puasa


haaaahhh
akhirnya bulan yang yang selalu diimpikan umat muslim datang juga
HAPPY FASTING MONTH!!!!!!!

maap lahir batin ya!!!!


*maap jarang update nih hohoho sibuk magang....

Selasa, 20 Juli 2010

Most Memorable Movie Ever I


Catatan Akhir Sekolah
Gak ada masa yang paling indah dan seru selain masa-masa SMA. Seru, sedih, jengkel, bandel semua lebur jadi satu. Banyak Kegilaan-kegilaan terjadi di fase ini. Mungkin inilah yang diungkapkan oleh film Catatan Akhir Sekolah. Da ternyata berhasil.
CAS berhasil menggambarkan suasana SMA yang bewarna. Filmnya rapih dan penuh dengan semangat-semangat khas anak SMA. Gak berlebihan dan gak kurang jga.
MEmorable scene? yah di pensi sama pas opening part itu. SMA banget. Kalau ngeliat film ini langsung deh kebayang jaman-jaman kejayaan waktu SMA. Dijamin!



Once
Ada beberapa faktor yang membuat film ini menjadi sangat memorable: ceritanya yang simple namun menarik, Environment menarik, soundtrack yang sangat menawan. Film ini menceritakan seorang pria yang bertemu seorang wanita di jalan. That's the point. Seberapa sering kamu menemukan orang yang tepat dalam hidup anda.
Oiya, yang menarik adalah, tidak ada pengenalan tokoh dalam film ini. Jadi yang cowok (Glen Hansard) berlaku sebagai guy, dan Marketa Irglova jadi girl. Thay have no name in this movie, but they surely have something to tell about!

Le Grand Voyage
Film prancis ini menceritakan perjalanan seorang pemuda dalam mengantarkan ayahnya naik haji melalui jalur darat. Film ini sangat menyentuh. Komunikasi tidak baik antara pemuda yang terlanjur masuk dalam pergaulan dunia barat dengan seorang ayah muslim yang taat menjadi konflik utama. Banyak pelajaran yang bisa diambil dalam film ini seperti keikhlasan, kasih sayang orangtua hingga bagaimana kita memperlakukan orangtua. Salah satu genre road movie yang bagus.

Rumah Dara
Akhirnya, setelah penantian yang sangat lama, ada juga film slasher buatan indo. Walaupun masih menggunakan pakem film slasher klasik namun disini berbeda. Kesan Indonesianya sangat terasa. Gorenya dapet. Ceritanya konsisten. Belakangan mulai banyak film-film horor Indo yang mengekor Rumah Dara, namun ya itu...kalah banget. Rumah Dara ini berhasil mengaduk-aduk emosi saya (juga perut teman saya karena dia langsung ijin ke belakang ketika film berjalan separo).


Art Of the Devil
Kali ini film horor. Sampai saat ini saya gak bisa ngelupain adegan ngelupas kulit manusia. Horor dan gorenya ngeri. Untuk cerita agak kuno dan masih bisa ditebak. Tapi surprisenya luar biasa. Gabungan antara horor kuno (main dukun) dengan adegan gore yang menyentuh saraf lambung. Keren deh sekaligus ngeri.

Selasa, 29 Juni 2010

sedikit curhat bolehlah...

I don't know
I just miss that moment
It looks like the tag line becomes a magical word
a comedy about love, friendship and dreams

yeah, now we're living in such a comedy
missing you guys...

ayo kapan kita kemana lagi????????
pengen long trip ke kemuning-pacitan-sundak lagi....

Jumat, 14 Mei 2010

Belajar dari "Luar"


Dunia luar itu tidak hanya begitu indah, namun juga sangat berisi.
Mungkin itulah yang aku pelajari beberapa waktu terakhir. Dunia luar yang dimaksud di nsini adalah dunia luar kampus. Dunia nyata senyata-nyatanya, dimana teori hanya menjadi suatu landasan, bukan senjata utama. Selama ini (ya selama aku kuliah pastinya) teori-teori-teori, menjadi sesuatu yang sangat wajib. Hafalan teori kita harus bagus. Teori adalah harga mati.
Dang! dan aku adalah tipe mahasiswa yang sangat antipati terhadap teori. Bukannya benci, aku masuh menghormati teori tersebut, teori dibuat dengan tujuan yang baik. Aku cuma tidak suka terlalu tunduk pada teori tersebut. Padahal di dunjia komunikasi semua bisa terjadi begitu saja. Namun apa yang ada di kurikulum memaksa pelajar seperti aku, menjadikan teori sebagai suatu panutan yang pasti. Diikuti dengan idealisme terhadap melihat sesuatu (tentu saja didasari oleh teori-teori). Well, mungkin sedikit gugatan pada model pengajaran di bangku kuliah. Kenapa harus dunia luar. Aku sebenarnya (sebeluym tahu keadaan sebenarnya) cuma bisa mengangguk bila mendapat suatu penjelasan teori errr... lebih tepatnya definisi dari teori a, b, c ....dst. Tapi seketika semua itu runtuh ketika dulu sempet ada dosen tamu. Sebenarnya bukan dosen, namun alumni yang telah bekerja di media secara nyata. Media yang benar-benar MEDIA MASSA. Dan guess what, menurutnya teori yang kita pelajari sebenarnya berfungsi pada penguat background kita saja. Hell?!
Hemmm, mungkin itu masih terlalu halus. Kata mbak Sofi, yang sekarang menjadi reporter di Metro, idealisme itu mati ketika bekerja du media. Kalau itu aku udah tau, namun bagaimana degan nasib teori-teori itu???
Tadi sewaktu aku sama temenku si Zulfa riset ke salah satu PR perusahaan telekomunikasi, keyakinanku terhadap teori (yang tinggal separuh) makin runtuh. Mungkin ini lebih spesifik untuk teori PR yang aku pelajari di bangku kuliah. Dan hasilnya ketika diaplikasikan di lapangan : NOTHING! kita berdua kayak orang bodah dan linglung ketika si narasumber balik bertanya masalah teori yang kita pakai (aneh2 aja itu bapaknya). Dan akhirnya rencana riset kita gagal, dan gantinya kita seperti mendapat kuliah tambahan. ckckckckck.
Teori hmmmm. Sampai sekarang aku tidak terlalu perduli. Beberapa orang mengatakan teori itu penting . Tapi yah itu hanya pendapat. Semua bisa berpendapat. Hal yang jauh lebih penting bagiku adalah esensi dari teori itu. Kenapa ada teori itu? kenapa musti teori itu? kenapa teori a, b, c harus seperti itu? semua kembali ke pemaknaan. Just like our life, life goes smoothly if you know the meaning of our life. Easy yet simple!
TEORI????? HAJAR!!!!!

Kamis, 15 April 2010

Hello Bangsa Barbar !

Priok, 14 April 2010. Kawasan itu berubah seketika menjadi medan perang. Lupan emosi membahana di awang-awang langit Priok hari itu. Teriakan-teriakan warga merongrong di segala sudut yang ada. Bentrokan tak dapat lagi dihindari.
Satpoll PP, as we know, berusaha mengobrak-abrik segala "kotoran" di sekitar makam Mbah Priok. Tentu saja dengan arogansi mereka yang siap memecah emosi, siapapun itu yang melihatya. Mereka merangsek masuk ke wilayah sekitar Makam Mbah priok, yang termashur di tempat itu.
Sudah dapat ditebak dan diprediksi, juga seakan tidak pernah belajar dari pengalaman. Pembongkarang paksa yang selalu dilakukan Satpol PP, pada akhirnya memicu emosi warga sekitarnya. Cara mereka yang kasar dan terkesan seenaknya, meledakkan emosi warga. Sedetik kemudian, perang itu muncul.
Tidak perlu jauh-jauh meliput hingga ujung Timur Tengah untuk menyaksikan keganasan sesama manusia. Priok, bisa dijadikan alternatif hari itu. Semua saling hantam, saling pukul. Ironis melihatnya. Sesama bangsa Indonesia sangat bersemangat untuk menjatuhkan saudara sendiri. Jurang antara rakyat jelata dengan birokrat dan tangan panjangnya semakin dalam. Kerusuhan seakan menjadi tameng sebuah bentuk protes atau ketidaksetujuan "wong cilik" terhadap keputusan pemerintah. Segalan macam bentuk baku hantam terekam jelas di kamera (bahkan tanpa sensor). tayangan tersebut seakan membuat hati kita teriris-iris. Entah itu sengaja atau tidak.
Yang jelas, satu hal yang membuatku pribadi kecewa, ketika melihat saudara kita saling baku hantam. Tak ada rasa ampun ketika mereka saling berhadapan.
Dahulu, cara tersebut mungkin bisa jadi dibenarkan (walaupun dari sisi kemanusiaan saya tetap tidak setuju) dan mungkin bisa dianggap sesuatu yang heroik. Tapi ketika bangsa ini telah merdeka, apa yang akan didapat saat kedua pihak yang masih satu nenek moyang saling berseteru, saling berteriak satu sama lain, bahkan saling memaki. sangat barbar.
Sebenarnya, kerusuhan Priuk ini hanyalah bukti kecil sifat "barbar" orang Indonesia. Entah disebabkan faktor apa, namun semakin hari rakyat jelata semakin mudah tersulut emosinya. Tak salah jika menyebutnya dengan kata "barbar". Tidak ada pemikiran logis ketika akan melakukan atau menetapkan sebuah keputusan.


Rabu, 07 April 2010

GORE GORE and GORE !!!!!


Sindrom yang aneh, kata-kata tersebut aku tujukan pada diriku sendiri. Kenapa sindrom aneh, karena -entah kenapa- akhir-akhir ini aku doyan banget bersama yang namanya film horor tapi bertemakan gore. Film horor seputaran tahayul sekarang sudah sangat biasa (baik lokal atau luar)dan aku sudah bosan kuadrat (kecuali emang ceritanya seru), film bertemakan atau bergenre gore sebenarnya juga sudah ada sejak dulu, namun aku baru "menyadari kenikmatannya" baru-baru ini.
Film gore sejatinya adalah film horor (lepas dari tema tahayul), namun lebih pada eksplorasi psychologycal disorder tentang sadisme atau sadistik. Berat mungkin penjelasan di atas, tapi intinya film-film sadis (dan selalu dilabel film DEWASA).
Tampilan paling sederhana ya adegan bunuh-bunuhan, inget film lawas Scream? dimana ada psikopat (yang selalu jadi pakem filmn beginian) membunuh pemuda-pemudi, itu ada unsur gore di dalamnya, namun kurang.
Mengapa kurang, adegan bunuh-bunuhnya kelewat sederhana. I mean, cuma ditusuk-ditusuk dan ditrusuk. Standar gore movies bisa dikatakan selevel SAW. Sekarang uda sampe franchise ke 7 nya. Gorenya selalu dapat. Kenapa dapet? karena ada "seni" ketika si musuh atau katakanlah si psikopat ngebunuh sasarannya. Dan syarat utama yang harus dan wajib ada di gore movies adalah keberadaan darah!. Darah adalah komponen yang sangat umum di genre ini. Tapi kadang unsur ini juga bisa mengaburkan sisi sadismenya. Penggunaan unsur daerah yang berlebihan akan membuat film genre ini menjadi membosankan, alurnya jadi gak jelas dan menenggelamkan cerita dari film itu sendiri. Atau penempatan yang nyeleneh akan membuat tampilan genre ini makin aneh juga (terjadi di film2 gore jepang). Kalau unsur ini kelewat dikit, efeknya ya itu jadi kurang seru.
Tapi ada lagi yang "kadang" disepelekan film-film gore. Entah niatnya mau mengumbar adegan berdarah-darah atau gimana, sotryline yang ada jadi gak begitu jelas dan tidak kreatif. Terbukti dengan beberapa film gore yang aku tonton mempunyai storyline yang pasaran. Latar belakang dendam, atau psikopat gila yang sedang berburu mangsa, menjadi panutan cerita di gore movies.
Bukan Indonesia namanya kalo tidak ngikutin tren, akhirnya ada juga sineas Indonesia yang bikin film bertema ini. Yap, film Rumah Dara (Macabre) besutan Mo Brothers, menurutku cukup berhasil mempresentasikan kesan gore di filmnya. Walaupun masih ada kekurangan di sana-sini, tapi jujur aku cukup puas, karena tastenya bakal beda kalo nonton film lokal sama film barat. Banyak adegan seru dan lumayan sadis di sini (dan entah kenapa aku sangat suka bagian sadis itu hehe...). Sebelum Rumah Dara sebenarnya ada film-film seperti Kala dan Pintu Terlarang (Joko Anwar) yang juga memasukkan unsur gore di dalamnya, namun tidak seintens di film Rumah Dara.
Mungkin ini beberapa referensi film-film gore yang bisa dilihat : Saw (1-VII), Grotesque (Jepang), Affair (Indonesia), Hostel, Wrong Turn, The Hills Have Eyes (1-2), Art of the Devil 1-3 (ada unsur tahayulnya tapi sadis gila/Thai), Meat Grinder (Thai), Dara (film pendek di antologi Takut) dll.
Have a Bloody Day people!



Minggu, 07 Maret 2010

Solo - Sore - Gerimis

Apa yang ada di otak kamu tentang ketiga kata itu berpadu. Solo - Sore - Gerimis. Mungkin kamu akan berpikir jalanan rame plus licin belom genangan dimana-mana. Atau yaa biasa aja, nothing special. Are you sure?
Think about it. Solo, kota kecil nan indah dengan sajian dominasi kulturnya yang menyejukkan hati, Sore... momentum terindah dalam satu hitungan hari, dan gerimis... dinamika alam yang (menurutku) manis, tidak menimbulkan suffer yang berlebih dan everybody like it.
Spesial? tidak juga. Ketiga kata di atas adalah hal yang biasa. Tidak istimewa. Tapi penting menurutku. Mungkin dari dulu aku sudah suka dengan semua yang berbau sore, langit sore yang kemerahan, hawanya yang panas enggak dingin juga enggak, sampe band SORE juga suka (kalo ini sedikit nggak penting). Tapi entah mengapa ketika ketiga kata di atas dipadukan satu sama lain, ada suatu sinergi yang muncul di dalamnya. Solo notabene kota yang hangat di memoriku, sulit untuk meninggalkannya. Sore, seperti yang telah aku jelaskan sebelumnya, adalah fase atau perputaran waktu di bumi yang paling aku sukai. Dan gerimis, adalah fase hujan yang paling romantis. Lengkap sudah, ketiga hal itu seakan mempunyai kemistri yang kuat satu sama lain.
Bayangkan saja ketika dalam kondisi seperti itu, kita mengitari Ngarsopuro, menjelajah jalan sempit di Supit Urang dekat Keraton Kasunanan, atau sekedar melihat kerlap kerlip lampu di sepanjang jalan Slamet Riyadi (untuk ini lebih baik dilakukan dengan jalan kaki di citywalk saja). Kalau mau suasana lain, bisa menjelajah jalanan sempit di sekitar gang Kauman atau sentra wisata batik Laweyan. That's precious one!
Namun menurutku, tempat paling favorit untuk merasakan itu semua adalah loteng. Beratapkan langit luas, pemandangan rumah yang berdempet-dempet, sampai sayup-sayup suara adzan. Aku yakin someday, ketika aku telah berada jauh dari rumah, hal itu akan menimbulkan romantisme tersendiri. Romantisme akan Solo-Sore-Gerimis di loteng rumah. I'll miss that moment!


Writing is my Passion!


Somehow, aku sendiri kadang bingung, blog yang sepi ini mau aku apain. Setiap kali nulis kagak pernah ketemu endingnya. Kadang ketika otak butek dan ending aku berkata pada diriku "....bisa dilanjutin besok!"
Well, nggak sepenuhnya salah, dan pastinya nggak sepenuhnya benar. Hampir selusin (kalau nggak salah hitung) entri posting yang tersimpan rapi di drfat blogspotku. Alasan kliseku adalah : mood. Yah, bad mood terutama menjadi satu tembok besar dalam menyeleseikan sebuah tulisan. Alasan kedua waktu. Waktu update blog tersita habis untuk seluruh tetek bengek urusan duniawi nyata di sana.mKalau untuk itu yaaa... bisa diakui aku lemah dalam manajemen waktu. haha
Plok-Plok-Plok. Time to wake up! apa yang sedang aku (coba) lihat sekarang adalah aku 4 - 7 tahun yang lalu. Seorang remaja tanggung yang super polos. Mencintai bentuk tulisan apapun itu (sempat membuat majalah bodoh yang ditulis dengan tangan) tapi benar-benar fulfilling my desire.
Bahkan sekarang aku merasa di jalur yang tepat. Maksudnya dalam sisi akademis. Tulis-menulis (akan) menjadi bagian hidupku. Tapi lagi-lagi setan jalang bernama malas kerap kali menggelayut di pikiranku. Memecah semua itu bukanlah hal yang mudah. Niat adalah yang paling utama. Kalau niat sudah bulat penuh, anything can happen. BELIEVE IT!
Passion tulis menulis ini sebenarnya cukup dibantu dengan keberadaanku di LPM. Tempat itu benar-benar nggak bisa lepas dari pikiranku (haha jelaslah, aku PUnya). Tapi bukan itu maksudnya, yang aku garisbawahi adalah efeknya itu. KAlau dulu kadar cinta saya terhadap dunia tulis menulis masih 40% sekarang meningkat menjadi 75%. Nggak cuma artikel, berita juga aku doyan nulis.
Motivasi lain adalah teman-teman. BEberapa teman yang kukenal mempunyai blog pribadi dengan ragam tulisan yang sangat menarik. Teman sejawatku di LPM menulis dengan gaya sastranya yang tinggi, ada pula teman kuliahku yang menulis di blog lebih berisi curhat gitu. Semuanya menarik. Every single article have their own story and power. Sama halnya ketika saya membuka blog Joko Anwar, Moammar Emka (yah kalo mereka kelas kakap). Secara tidak langsung tulisan-tulisan cerdas mereka memotivasiku untuk tetap menulis-menulis-menulis.
karena menulis itu adalah sebuah kekuatan dan tulisan itu adalah sihir. Karena itu saya cinta menulis. Writing is (definitely) my passion!


Jumat, 05 Februari 2010

Rumah ke .....

Somehow, aku nggak tau ide ini dateng darimana, ketika aku melewati beberapa deret rumah yang berjajar di sebelah barat rental komputerku, memori masa lalu seakan tersibak begitu saja. Lucu kalau mengingat bahwa aku dulu pernah tinggal di bvangunan tersebut. Sebut saja ada 3 tempat berbeda (semua berjajar) mulai dari lapangan futsal, tempat main bilyard sampe toko baju.
Dulu tempat tinggal pertamaku terletak di jalan mr. Sartono no 41 (yang sekarang menjadi toko baju anugerah). Rumahnya besar, mungkin bangunan itu salah satu prestasi babe jaman masih kerja dulu. Dapat membuat rumah yang megah impian keluarga.
Sejak lahir hingga kelas 4-5 SD aku pernah tinggal disana. dengan segudang memori di dalamnya. Rumah megah dengan beberapa konflik kecil di dalamnya. Kebetulan waktu jaman itu seluruh anak-anak orangtua masih sekolah semua, dan aku adalah anak paling kecil diantara 4 bersaudara.
Yang aku ingat dengan rumah itu adalah ketika itu sebagai bocah umur 8 tahunan aku punya bacaan yang cukup unik. Bisa dibilang berbeda dengan anak-anak kebanyakan. Keika yang lain memilih membaca buku bergambar, aku malah doyan melototin buku kumpulan rancangan rumah (semacam buku buat arsitek gitu) yang entah milik siapa. Selain itu mataku paling betah melihat PETA. Sampai pernah kelas 3 SD aku dibelikan buku peta yang pada waktu itu cukup mahal.
Tahun 1998, ketika sedang gempar krismon dulu, babe akhirnya kena imbas juga. Perusahaan dipaksa gulung tikar, padahal jabatan babe sudah cukup bonafit. Babe langsung banting setir ke dunia wirausaha, dunia yang asing baginya. Di tahun 2000an usaha pertama tidak berjalan begitu baik, entah terbelit hutang atau apa, rumah megah impian keluarga harus dijual begitu saja. Sebagai gantinya, aku sekeluarga tinggal di kontrakan sebelah rumah megah itu.
Rumah kontrakan yang cukup sederhana ini menjadi rumah no 2 yang pernah kutinggali. Rumahnya cukup unnik, memanjang ke belakang dengan tipe kamar seperti kos-kosan. Di rumah ini aku "menikmnati" derita dari kebanjiran. Hampir tiap ujan gede rumah selalu kebanjiran 20-30 cm tingginya. Heboh, seru tapi unik. Oiya, di rumah ini aku mengenal dunia keduaku : Playstation!. Konsol game terhebat yang pernah ada. haha
Tapi satu hal yang paling minus dari rumah ini : LANGGANAN BANJIR. Pernah dullu banjir masuk ke rumah ampe lutut. Mungkin ketinggian rumah yang lebih rendah dari jalan atau gimana aku nggak tahu. Yang pasti hal seperti itu (kebanjiran dilanjutkan bersih-bersih lumpur) menjadi hal yang lumrah. Pernah dulu ketika air masuk rumah (dengan ketinggian lumayan), segala macam perabot ditumpuk jadi satu. Mulai dari kursi sebagai fondasi utamanya, kursi lagi, kasur 1 baru kasur dua. Dan saking kelelahannya membersihkan kotoran banjir, aku ketiduran di tumpukan kasur yang menjulang itu. hahaha

(bersambung)