Selasa, 23 November 2010

Ngomongin Musik Tetangga

well, akhir-akhir ini gw rajin ngulik Youtube, situe streaming video kondang itu. Banyak yang gw liat, dari update game-game Final Fantasy (meskipun hampir tak mungkin menyentuhnya lagi), film, video-video penampakan (kayak anak smp), sampe liat video klip penyanyi kondang. Nah yang terakhir ini yang menarik.
Awalnya sebagai salah satu korban budaya MTV, jadilah gw mantengin video klip band-band atau penyanyi asal amrik sono. Menarik, tertarik dengan Vanilla Twilightnya Owl City. Salah satu yang bagus menurut gw. Banyak yangmenarik, tapi banyak pula yang kacrut menurut gw.
Apa kabar musik dalam negeri? stagnansi. Jelas. Otak-otak duit yang memonopoli pasar musik membuat semuanya menjadi beragam. Kreativitas lebur di sini. Utungnya masih ada pejuang-pejuang di jalur mainstream, yang tetap mengibarkan
idealismenya. Tapi, wait... gw gak akan bahas stagnansi musik Indonesia di sini.
Yang akan dibahas adalah masik negara tetangga. Tetangga kita yang gak pernah akur (dalam hal diplomasi). Yak Yak Yak, Malaysia.
Kata orang lagu-lagu negara ini isinya ya lagu melayu gitu. Identik dengan mellownya (inget band exist?). Iseng, gw kulik-kulik deh mbah google. Dan ternyata diluar prediksi. Musik mereka gak kalah. Memang ada yang bermellow ria, tapi tetap ada musisi bagus. Kualitasnya udah internasional kalo gw bilang. Misalnya nih :


Hujan
Band ini beraliran rock alternatif dan sedikit berbau emo, beberapa bernada mirip lagu-lagu anime jepang gitu. Ada dua track favorit gw, Bila Aku Sudah Tiada dan Mencari Konklusi. Bahasa yang dipake emang bahasa melayu, tapi gak masalah. Justru menurut gw unik. Band ini punya "taste" dalam bermusik.

Yuna Zarai
Yang pertama bikin gw tertarik sama ni cewek adalah namanya. Yuna, sama dengan tokoh di gim fafvorit gw, Final Fantasy. hehehe
Ternyata gak cuma nama, suara ni cewek oke banget. Di albumnya Decorated, doski (duh bahasa jaman kapan ini) lebih banyak main akustik. Suaranya bening. Beberapa track berbahasa Inggris dan kdengerannya mirip-mirip Lenka atau Bjork. Nah pas nyanyi lagu berbahasa Melayu, suaranya lebih mirip ke Astrid. Satu lagi, dia adalah penyanyi modern yang pede dengan jilbabnya, beda sama siti nurhalo-halo yang kadang make kadang enggak. Standing ovation buat satu itu. Good job girl! Track favorit : decorated, penakut.
Zee Avi
Gadis mungil ini juga punya talenta yang hebat. Pertama kali gw tau dari temen gw, yang pamer lagunya Kantoi. Lucu, unik dan mix antara bahasa melayu yang kental dengan bahasa inggris. Liriknya unik dan simpel. Track favorit : Kantoi, Bitter Heart

Itu baru sebagian yang gw tau, keren kok, coba dicari deh. Hal ini menunjukkan gak semua-muanya yang berbau Malaysia itu negatif. Yang satu ini cukup positif menurut gw. Harusnya mereka didengerin, supaya musisi Indonesia itu gak bikin lagu-lagu yang alay-alay. Terus pendengar mungkin sekali-kali diajak dengerin musik yang punya taste (rada susah sih, karena masalah selera). Atau paling enggak ada dukungan buat musisi Indonesia yang berada di jalur mainstream (ERK, M2M, BOTC dan masih banyak lagi). Hidup musik Indonesia!

*FYI untuk musisis Indonesia yang paling gw demen : Adhitya Sofyan, Ballads of the Cliche, SORE :)

Kamis, 18 November 2010

Bahkan Setelah Titik, Lanjutkanlah!

it's like a motivation word for me. Seperti quote cantik dari the Beatles "The end has no end". Walaupun secara harfiah artinya beda, namun secara substansi sama. Meskipun titik itu sebuah pertanda bahwa itu adalah akhir kalimat, jangan cuma berhenti di situ. Beyond from that point, you can discover anything. Titik bukan batas, border atau apa itu namnaya. Titik adalah tempat kita berhenti sejenak mengenal diri. Untuk kemudian dilajutkan lagi.

udah, gak punya ide lebih... hahaha daripada posting gombal-gombalan

Senin, 08 November 2010

Serba Cepat, Serba Salah


Berita bencana memang berita yang paling dibenci sekaligus dinantikan oleh semua orang. Percaya atau tidak itu adalah benar. Terutama di bulan Oktber lalu. Berita bencana bertubi-tubi memenuhi headline koran, sekilas info hingga berita tengah malam. Tak tanggung-tanggung memang, Indonesia sedang dilanda "kekejian alam" yang super dahsyat (super saja cukup, kalau Maha milik yang di atas). Total ada 3 bencana super besar menyapu daratan Indonesia. Banjir Bandang Wasior, gempa dan tsunami di Mentawai, hingga yang sampai saat ini masih terjadi Meletusnya Gunung Merapi.
oke, di sini gw gak akan ngebahas mengenai bencana itu. Silahkan cari di blog lain atau baca berita di koran saja. Yang bakal dibahas di sini adalah tingkah laku teman-teman media di Indonesia pada bencana ini.
Khusus pada bencana Meletusnya Gunung Merapi. Bisa dibilang ini bencana yang paling menyita perhatian, sampai-sampai Justin Bieber ikut ngetwit ketika bencana ini melanda Indonesia. Gw ulang ya, cuma NGETWIT. Baiklah, abaikan si remaja ababil itu. Merapi sudah seminggu lebih dalam keadaan awas. Meletus pertama kali tanggal 26 Oktober dan tidak berhenti di situ. Merapi terus-terusan menghembuskan wedhus gembel, meludahkan awan panas, hingga melancarkan "volcanic ash" sampai kemana-mana. Bagaimana kita tahu perkembangan Merapi selama itu? jawabannya media. Yak media adalah senjata aktif untuk memberikan informasi secara cepat dan tepat sekaligus media hmm maaf... propaganda (kadang baik tapi kebanyakan....)
Singkat cerita, media menjadi lini terdepan dalam maslaah gunung meletus ini. Gak salah, karena media menjadi andalan jutaan orang di Indonesia. Media adalah penghubung cerita bagi orang di Sumatera ketika ingin mengetahui korban atau pengungsi Merapi. Di sini, media bak malaikat bagi semua. Malaikat pemberi kabar baik sekaligus kabar paling jahat.
Dan cling! media lalu berusaha mati-matian menyajikan info-info paling gress seputar Merapi. Dan di sinilah topik sebenarnya yang akan dibahas.
Ketika hiruk pikuk Merapi terjadi, meyajikan informasi secara cepat dan akurat adalah suatu hal yang wajib bagi media massa. Cepat dalam menyajikan karena banyak yang penasaran dan akurat, karena kebenaran adalah hal yang mutlak di sini. Hmmm dan fenomenanya di sini tidak semua, seratus persen media melakukan ini. Banyak yang terlalu teguh pada "kecepatan" dan mengabaikan sisi keakuratan. Fatalnya, hal ini banyak dilakukan oleh media elektronik yakni televisi, media massa paling ampuh sejagad raya (setidaknya di negara seperti Indonesia).
Kita semua tahu, ada 2 channel berita favorit di warna-warni pertelevisian diIndonesia. Di sini pake inisial saja yah, "si merah" dan "si biru". Semua taulah ya siapa mereka.
Sekedar info, gw yang belajar di jurusan komunikasi, sedikit-sedikit mengenai manajemen media, peliputan dan blablabla. Bukan bermaksud sombong, tapi cuma meyakinkan saja bahwa ini diambil dari sudut pandang seorang mahasiswa komunikasi. Bukan dari sudut pandang anak teknik elektro, gak ada hubungannya itu.
Lanjut lagi, kita kenal dua stasiun TV itu. Si merah sempat jadi sorotan para praktisi media dengan ulahnya ketika melakukan pemberitaan teroris. Si biru, langkahnya lebih adem ayem (maklum mungkin merasa lebih senior, jadi gak "se-pecicilan" si merah). Tapi tetep aja, muatannya banyak mengarah ke propaganda politik dibanding menyajikan informasi.
Dua pesaing itu kini tengah mencoba merebut hati khalayak melalui Merapi. Dan.... hmmm. Imbang. Imbang kacaunya maksud gw.
Si merah, lagi-lagi dan lagi (maksudnya sering banget) melakukan reportase yang "asal dapet data". Kenapa begitu, karena begitu (nah loh, bingung kan...). Jadi begini, ketika mereka (tim liputan) mendapatkan data mengenai apa yang akan diberitakan, kebanyakan (emang gak semuanya) tidak melakukan cek, ricek, dan kroscek. Sehingga menyebabkan kesalahan informasi. Contohnya gini, pernah waktu itu ketika zona bahaya merapi masih 5 KM dari puncak, si merah ini menyebutkan 20 KM, sontak banyak warga panik akibat hal ini. Akibatnya pihak si merah ini dimarahi sama Pak Surono (beliau merupakan kepala BMKG). Sembrono sih
kalau si biru lain lagi. Spesialisasinya mungkin bukan "terdepan dalam melebaykan" kayak si merah, tapi si biru ini jadi robot partai tertentu. Dimana-mana yang dishoot pakaian atau seragam tukan masak di dapur umum yang pake baju "biru-biru". Gak salah, tapi tidak pada tempatnya dan jatuhnya cukup annoying bagi gw. Selain itu, mungkin karena banyak wartawan senior di terjunkan di awal-awal bencana dan tugasnya lebih berat di deket2 puncak, maka untuk berita-berita di pengungsian lebih banyak wajah-wajah baru. Dan sepertinya mereka, entah belum dibriefing, atau emang buta lokasi dan situasi, informasi atau liputan yang mereka sampaikan kadang bikin ketawa. Jadi pernah ada seorang reporter dari si biru. Identifikasi awal dari mukanya, mbaknya satu ini lebih cocok jadi fashionista di mall-mall darpada berlusuh-lusuh ria jadi reporter. Selain itu teori kecantikan berbanding terbalik dengan kecerdasan berlaku di sini. Mbaknya ini cuman modal cantik, tapi maaf... kopong kepalanya. Jadi begini, posisi dia berada di barak pengungsian di Maguwoharjo, Yogyakarta. Jelas di situ banyak pengungsi dari berbagai umur. Si mbaknya (saya lupa namanya, tapi inget wajahnya, cantik sih...)ingin mewawancarai secara LIVE dengan pengungsi. Maka dipilihlah satu mbah-mbah di situ. Si reporter tanya sesuatu dengan bahasa Indonesia, lalu responden (nenek malang) itu menjawab dengan bahasa Jawa super medok. Sesaat si reporter cantik tapi kopong itu bengong, keliatan begonya. Tapi nekat aja nyerocos ngasi pertanyaan ke mbahnya. Si nenek tetep dong, kekeuh dengan jawaban bahasa Jawa yang super medok. Nahh abis itu dengan mimik wajah bego banget si reporternya bilang gini, "jadipemirsa, sekarang kita cari lagi responden yang bisa BERBAHASA INDONESIA" ...... *jedugin kepala ke lantai*.... ngakak gw langsung. Mbokya liat-liat dulu dari awal, cari dulu siapa yang bakal diwawancarai. Hahahaha
Yah, gw tahu dan sangat tahu, situasi di TK memang tak semudah yang dibayangkan, apalagi di barak pengungsi. Suara bayi nangis pengen susu, orang nangis meratapi sapinya yang mateng, yang kelaperan belum dapat nasi bungkus senua bersatu padu. Antara berisik tapi menyedihkan dan memilukan. Tapi, anda sebagai reporter harus tetap fokus dan menjaga kredibilitas lembaga yang anda bawa.
hahaha, masih banyak lagi sebenarnya yang masih bisa dibahas. Tapi apa daya deh, mata udah 2 watt. Mungkin kalau ada kesempatan gw sambung lagi...

*oh iya, pernah gw ngeliat pas tayangan live report di biru, muncul gambar mobil van dengan logo si merah. Kondisi mobilnya udah ketutup abu semua, kecuali logo si merah yang dishoot terus-terusan. Hmmm, curiga dengan gambar satu ini. Di lapangan reporter memang berkwan satu sama lain, tapi kalau udah di kantor urusannya jadi beda. Sampai sekarang masih penasaran apa maksud gambar van berlogo si merah itu...*kurang kerjaan*

Minggu, 07 November 2010

Le Grand Voyage


Merasa berdosa ni tidak aktif lagi. Sulit bagi gw buat tetep aktif di blog. Ge masi utang postingan review film. Well, gw ngaku sering males, hahaha. Tapi sekarang gw niat kok. Ni buktinya gw tulis review gw (walaupun gw bukan kritikus film atau spesialis kritikus film, jadi ini benar-benar subjektif). Here we go, Le Grand Voyage !

Starring: Nicolas Cazale, Mohamed Majd, Jacky Nercessian, Ghina Ognianova, Kamel Belghazi
Directed by: Ismael Ferroukhi
Genres: Art House & International, Drama
Release Date: April 8, 2005
DVD Release Date: March 28, 2006

Film perancis ini menceritakan tentang perjalanan seorang anak (Nicolas Cazale) yang mengantarkan ayahnya (Mohamed Majd) yang notabene keturunan Maroko pergi naik haji melalui jalan darat. Yap, film ini bergenre roas movie, ya semacam 3 Hari Untuk Selamanya, namun kontennya di sini jauh berbeda. Walaupun kemasannya sedikit condong ke agama tertentu, namun isi yang ditawarkan lebih dari itu. Drama tentang seorang ayah yang penganut agama Islam taat dengan anaknya yang telah terseret budaya barat. Bukan mengasosiasikan budaya barat jelek sepenuhnya, tapi si anak bengal ini terlalu jauh masuk ke dalam budaya yang dilarang oleh agamanya. Dan situlah drama terjadi.
Anda-anda yang merasa banyak dosa sama babe, bokap, papa, papi, ayah, bapak masing-masing layak nonton film ini. Bagaimana kedua orang ini berinteraksi dari rumah mereka di perancis sampai mekkah. Banyak yang terjadi. Banyak hal semiotik terjadi di sepanjang perjalanan. Dan tentu saja, kemistri bapak-anak ini begitu mendalam. Akting Niclas Cazale yang selengekan diadu dengan akting dingin Mohamed Najd bener-bener sempurna.
Gw gak tau apa yang harus direview lagi dari film ini. Yang jelas film ini sukses bikin gw mewek dan langsung rindu babe pas di endingnya. Percaya deh, this movie is beautiful and have something important to tell about!