Minggu, 07 Maret 2010

Solo - Sore - Gerimis

Apa yang ada di otak kamu tentang ketiga kata itu berpadu. Solo - Sore - Gerimis. Mungkin kamu akan berpikir jalanan rame plus licin belom genangan dimana-mana. Atau yaa biasa aja, nothing special. Are you sure?
Think about it. Solo, kota kecil nan indah dengan sajian dominasi kulturnya yang menyejukkan hati, Sore... momentum terindah dalam satu hitungan hari, dan gerimis... dinamika alam yang (menurutku) manis, tidak menimbulkan suffer yang berlebih dan everybody like it.
Spesial? tidak juga. Ketiga kata di atas adalah hal yang biasa. Tidak istimewa. Tapi penting menurutku. Mungkin dari dulu aku sudah suka dengan semua yang berbau sore, langit sore yang kemerahan, hawanya yang panas enggak dingin juga enggak, sampe band SORE juga suka (kalo ini sedikit nggak penting). Tapi entah mengapa ketika ketiga kata di atas dipadukan satu sama lain, ada suatu sinergi yang muncul di dalamnya. Solo notabene kota yang hangat di memoriku, sulit untuk meninggalkannya. Sore, seperti yang telah aku jelaskan sebelumnya, adalah fase atau perputaran waktu di bumi yang paling aku sukai. Dan gerimis, adalah fase hujan yang paling romantis. Lengkap sudah, ketiga hal itu seakan mempunyai kemistri yang kuat satu sama lain.
Bayangkan saja ketika dalam kondisi seperti itu, kita mengitari Ngarsopuro, menjelajah jalan sempit di Supit Urang dekat Keraton Kasunanan, atau sekedar melihat kerlap kerlip lampu di sepanjang jalan Slamet Riyadi (untuk ini lebih baik dilakukan dengan jalan kaki di citywalk saja). Kalau mau suasana lain, bisa menjelajah jalanan sempit di sekitar gang Kauman atau sentra wisata batik Laweyan. That's precious one!
Namun menurutku, tempat paling favorit untuk merasakan itu semua adalah loteng. Beratapkan langit luas, pemandangan rumah yang berdempet-dempet, sampai sayup-sayup suara adzan. Aku yakin someday, ketika aku telah berada jauh dari rumah, hal itu akan menimbulkan romantisme tersendiri. Romantisme akan Solo-Sore-Gerimis di loteng rumah. I'll miss that moment!


Writing is my Passion!


Somehow, aku sendiri kadang bingung, blog yang sepi ini mau aku apain. Setiap kali nulis kagak pernah ketemu endingnya. Kadang ketika otak butek dan ending aku berkata pada diriku "....bisa dilanjutin besok!"
Well, nggak sepenuhnya salah, dan pastinya nggak sepenuhnya benar. Hampir selusin (kalau nggak salah hitung) entri posting yang tersimpan rapi di drfat blogspotku. Alasan kliseku adalah : mood. Yah, bad mood terutama menjadi satu tembok besar dalam menyeleseikan sebuah tulisan. Alasan kedua waktu. Waktu update blog tersita habis untuk seluruh tetek bengek urusan duniawi nyata di sana.mKalau untuk itu yaaa... bisa diakui aku lemah dalam manajemen waktu. haha
Plok-Plok-Plok. Time to wake up! apa yang sedang aku (coba) lihat sekarang adalah aku 4 - 7 tahun yang lalu. Seorang remaja tanggung yang super polos. Mencintai bentuk tulisan apapun itu (sempat membuat majalah bodoh yang ditulis dengan tangan) tapi benar-benar fulfilling my desire.
Bahkan sekarang aku merasa di jalur yang tepat. Maksudnya dalam sisi akademis. Tulis-menulis (akan) menjadi bagian hidupku. Tapi lagi-lagi setan jalang bernama malas kerap kali menggelayut di pikiranku. Memecah semua itu bukanlah hal yang mudah. Niat adalah yang paling utama. Kalau niat sudah bulat penuh, anything can happen. BELIEVE IT!
Passion tulis menulis ini sebenarnya cukup dibantu dengan keberadaanku di LPM. Tempat itu benar-benar nggak bisa lepas dari pikiranku (haha jelaslah, aku PUnya). Tapi bukan itu maksudnya, yang aku garisbawahi adalah efeknya itu. KAlau dulu kadar cinta saya terhadap dunia tulis menulis masih 40% sekarang meningkat menjadi 75%. Nggak cuma artikel, berita juga aku doyan nulis.
Motivasi lain adalah teman-teman. BEberapa teman yang kukenal mempunyai blog pribadi dengan ragam tulisan yang sangat menarik. Teman sejawatku di LPM menulis dengan gaya sastranya yang tinggi, ada pula teman kuliahku yang menulis di blog lebih berisi curhat gitu. Semuanya menarik. Every single article have their own story and power. Sama halnya ketika saya membuka blog Joko Anwar, Moammar Emka (yah kalo mereka kelas kakap). Secara tidak langsung tulisan-tulisan cerdas mereka memotivasiku untuk tetap menulis-menulis-menulis.
karena menulis itu adalah sebuah kekuatan dan tulisan itu adalah sihir. Karena itu saya cinta menulis. Writing is (definitely) my passion!