Kamis, 23 Agustus 2012

Mudik

gambar dari sini

Another post about mudik, yeay!

Sepertinya lebaran ini memang banyak kean-kesan ya, sampai banyak yang bikin postingan tentang mudik. Pengalaman tentang stuck terjebak di kemacetan berjam-jam, atau perubahan -pemandangan selama mudik dari tahun ke tahun. Semua menarik.

Saya sebenarnya tidak punya cerita khusus tentang mudik. Mungkin yang paling mendekati kata mudik adalah bertandang ke rumah saudara di Sragen yang bisa ditempuh naik dengan naik motor selama satu jam perjalanan. Atau di hari kedua, konvoy naik motor sekeluarga menuju tempat pertemuan keluarga besar di hari kedua, yang hanya diseputaran Soloraya. Tapi itu belum cukup mudik bagi saya.

Jadilah mudik disini adalah sebuah doa, bukan kegiatan perjalanan dari kota ke desa dan lain-lain. Mudik masih sebatas harapan. Lebaran kemarin adalah lebaran saya ke 23, yang berjalan itu-itu saja. Satu bulan puasa, dilengkapi beberapa kali buka bersama di luar. Menjelang Idul Fitri rumah sibuk masak-masak dan sebagainya. Saya bosan. Saya gak bisa ngapa-ngapain selain itu.

Setelah akhirnya saya lulus sarjana (dan September besok wisuda... akhirnya!) saya selipkan satu doa khusus, untuk saya sendiri. Lebaran tahun depan supaya saya bisa mudik. Cetek? gak juga sih.

Bagi saya mudik bukan hanya sebatas perjalanan jauh dan terjebak kemacetan berjam-jam. Mudik bukan hanya pamer gadget di hadapan sodara-sodara pas pertemuan keluarga besar (yang jadi korban pamer mana suaranya???) bukan cuma buat ajang kangen-kangenan walaupun itu wajib. Mudik bagi saya adalah memberi kabar baik. Dan itu bukan main-main.

Dengan mudik, setidaknya saya memberi kabar baik bahwa saya sehat sejahtera. Implikasinya bukan hanya pada orang yang mudik, tapi juga pada orang yang ditinggalkan. Saya ingin ngeliat senyum orangtua ketika dengan menerima kabar baik tersebut, anak-anak mereka, generasi mereka, keturunan mereka atau bahkan mereka sendiri, mempunyai harapan untuk hidup lebih baik. Klise, tapi penting. 

Maka bersyukurlah bagi kalian yang bisa mudik dan bisa memberi kabar baik ke keluarga. Semoga saya bisa melakukannya tahun depan :)

Rabu, 15 Agustus 2012

Sotoy Mode: Ngebahas Iklan Ramadan :)

Selama bulan puasa, apa aja sih yang biasa nongol di tv?
dari sinetron religi (disebut religi mungkin karena tokoh utama pake jilbab, kontennya mah hampir semua bap... *sinyal ilang), acara khotbah dadakan, adzan maghrib yang selalu dinanti, acara sahur dengan guyon kasarnya, drama reality, kuis dadakan dan...... iklan edisi puasa.

Yang terakhir ini yang kadang mencuri perhatian. Biasanya banyak produk, dari provider, rokok, sirup (YES, INI PALING DISTURBING), dan banyak lagi yang berlomba ngiklanin produknya di bulan ramadhan. Secara bungkusnya tentu saja, dipercantik dengan sentuhan religi. Dari sekedar kostum, atau jalan cerita iklan yang terkesan jadi khotbah dadakan. Beberapa iklan dibuat berseri, biasanya hadir di awal puasa (bahkan sebelum puasa untuk teasernya) dan ditutup ketika menjelang lebaran.

*jadi mari mulai analisis ngehe ini

Ada beberapa produk yang rajin tampil di bulan puaa. Untuk food and beverages, semuanya hampir sama. Klise. Paling juara (secara artistik, setidaknya dibuktikan dari tingkat frekuensi "menelan ludah" ketika melihatnya) dipegang sirup Marjan Boundon. Ya gimana gak ngeces itu ngeliat sirup bercampur es buah dengan angle cantik dishoot berulang-ulang di siang hari. Tahun ini formulanya sama, ada dua bagian. Gak ngerti versi resminya namanya apa, tapi ceritanya tentang persaingan bocah-bocah di lomba dayung. Yang menang dapet sirup. Klise. Yah, jujur, gak terlalu tertarik dengan ceritanya, tapi visual sirup tumpah ruah di atas es, masih megang.

Yang kedua, biasanya mie instan. Yah, standar semua sih. nothing special.

Lalu ada iklan korporat. Ada beberapa tahun ini seperti Pertamina, Djarum dan sebagainya. Secara umum isinya sama, mengajarkan kebaikan, ketulusan dan lainnya.Dulu, Djarum (menurut saya) salah satu juaranya di persaingan iklan korporat. Saya gak tahu persis nama versinya apa, tapi iklan itu kuat banget karena lantunan lagu Ebiet G. Ade, yang emang powerfull. Selain itu jalan ceritanya yang sederhana juga ditampilkan secara wajar nggak lebay. Tapi ya itu, Djarum (eh agensinya ding) kok kayaknya cuman mengulang cerita aja ya. Kali ini tentang mahasiswa yang kuyup kehujanan yang pengen belajar (atau baca buku) di toko buku, tapi gak dibolehin si empunya. Endingnya bisa ditebak, istri si empunya sakit, dan dokternya ya si mahasiswa itu tadi. Standar dan kayak mendaur ulang cerita-cerita yang udah ada. Ini mungkin masih mending (ya setidaknya ada twist si mahasiswa itu ternyata mahasiswa kedokteran :D), untuk iklan korproat Pertamina malah mirip sama iklan Djarum yang pake backsound Ebiet G Ade tadi. Settingnya sawh, bapak petani keriput dan sebagainya. Yah gitu deh, semuanya kayak kejebak klise, kejahatan dibalas kebaikan.

Nah yang seru biasanya iklan provider. Dari banyak provider yang malang melintang menawarkan promo lebaynya di bulan ramadan, tiga provider yang menurut saya menarik perhatian. Yang pertama iklan XL. Pake style berseri (udah dimulai sebelum puasa, versi audisi idol). Entah kenapa, tapi jingle Rocker Juga Manusia-nya Serius yang jadi andalan utama kok kurang menggigit. Kesannya ketinggalan jaman banget. Pemeran utamanya mas-mas rocker juga kurang greget. Kentang banget aksinya (and yes, teriakan rocker juga manusianya udah sampe taraf ganggu). yang masuk edisi Ramadan yang versi ceramah sama edisi konser yatim piatu (mungkin pas lebaran nanti ada lagi). Gampang dilupakan.

Yang kedua, iklan Axis. Setelah tahun kemarin mencuri perhatian lewat karakter ikonik Joni Blak-blakan (serius ini seri yang kcak, walaupun endingnya gak kena) kali ini kembali memunculkan ikon baru yakni si...... Hap. Cowok gendut yang bisa menangkap apa saha, cita-citanya jadi penjaga gawang. Pertama kali muncul, saya sama sekali gak ngerti ini iklan maksudnya apa, dan si Hap ini kenapa? atau ngapain? baru setelah dengerin bener-bener isi iklannya lagi berkata... ohh. Ya walaupun agak maksa antara konten iklan dan kreatifnya, tapi setidaknya penampilan orang gendut berpakaian ungu ketat itu lumayan bisa diingat. Meskipun kalau dibandingin si Joni, si Hap ini kurang karismatik dan kurang ikonik. Oiya, paling juara adalah jinglenya yang dinyanyiin The Changcuters. Hap..haaap...hap..haaap...tangkap!...tangkap!. Oiya, ada yang inget promonya iklan Axis apa?

Satu ini mungkin yang banyak dibicarakan. Meskipun mungkin bukan iklan yang khusus dibuat untuk edisi Ramadan. Iklan provider Tri. Iklannya simpel, ada dua versi, berbicara mengenai konsep bebas. Secara konten ini mengena, karena yang dibahas adalah masalah yang lekat dengan sehari-hari, yakni "pilihan" untuk bebas. Menariknya juga karena ada sisi ceweknya di sini. Gender main disini. Audiens wanita seperti terwakili di sini. Copynya juga menarik. Dimulai dengan "kebebasan itu...." lalu ada permainan kata-kata tentang konsep bebas. Menarik (bahkan ada teman di facebook yang memperdebatkan kata-kata "bebas itu..." yang katanya ngajarin jelek :D). Selain itu visualisasinya enarik, modern dengan soft focus dimana-mana (ini murni sotoy), ditutup dengan dramatis. Versi cewe dengan adegan pemerannya meluk seseorang, versi cowok dianya ngeboncengin cewek, dan ikut konvoy seketika fokus mulai berpendar dan cahaya lampu berubah jadi light bulp yang keren. Penjelasan promo juga dibuat singkat lugas dan gak bertele-tele. Promo Always On cukup terlihat dan bisa dipahami. Secara garis besar, saya pribadi suka dengan ide ceritanya.

nah sekian dulu dengan analisis iklan ngehe saya. Semua yang ditulis di atas murni kesotoyan pribadi. Jangan langsung percaya atau bahkan jadi pedoman. Yang jelas iklan-iklan di Indonesia makin gila kreatifnya. Salut buat orang-orang agensi yang bisa bikin iklan super kreatif (and yes, it triggering me to join them as an ad man). Hidup Iklan Indonesia!
 


Sabtu, 11 Agustus 2012

Toko Nostalgia

Dalam Midnight In Paris, Gil Pender secara ajaib bertemu dengan maestro sastra dan seniman di dunia. Sebut saja Hemmingway, Fitzgerald, Pablo Picasso, Dali dan banyak lainnya. Ketika bertemu mereka, ada obrolan menarik di dalamnya. Salah satunya tentang  cerita dimana Gil ternyata seorang penulis novel (insecure) yang gak pede dengan novelnya sendiri. Saya gak pernah tahu bagaimana isi novel itu, bahkan judul finalnya. Namun dalam satu dialog, novel Gil (melalui tunangannya) bercerita tentang seorang pria yang bekerja di toko nostalgia. Apa itu toko nostalgia? kedengerannya menarik, sekilas menggambarkan toko antik, tapi sebetlunya lebih dari sekedar toko antik. Toko memoria.

Beberapa waktu yang lalu, di sela liputan di acara Maleman Sriwedari, entahlah mungkin ini perasaan saya saja, saya seperti memasuki toko nostalgia, yang dinovelkan Gil Pender. Tentunya yang saya maksud bukan stand teh gopek, burger kekinian atau orang jualan kelinci di dalamnya.Spot yang saya maksud tentu saja adalah toko penjual mainan klasik, seperti kicir-kicir, jaran kepang dan beragam mainan usang yang sudah berdebu.

Kios mainan itu tak bernama, hanya buka gerai depan saja. Lokasinya terletak persis di sebelah toko penjual sandal crocs palsu yang diserbu pengunjung karena taktik marketing mereka (beli 1 dapet 1). Kios itu buka, namun seperti tidak berpenghuni. Jangankan pengunjung, si penjualnya malah terduduk santai melihat tayangan televisi.

Saya kemudian berlalu, menjelajahi pasar malam yang katanya disebut sebagai pesta rakyat pertama dikota Solo,jauh sebelum Sekaten diadakan ini. Sriwedari memang tempat nostalgia bagi sebagian orang yang sulit meninggalkan masa lalunya. Ada kira-kira lima sampai tujuh toko serupa, toko nostalgia seperti di atas. hanya saja, kali ini tertata lebih rapi. Mainan seperti celengan batok kelapa (eh ini mainan gak ya?), kapal korek, becak-becakan, pecut-pecutan (dunno, sejak menginjak umur 23 tahun, pecut sounds wrong in me :p) dan sebagainya ditata serapi mungkin di atas rak.

Saya salut, salut sekali dengan mereka, para penjual barang-barang nostalgia. Saya salut dengan kesetiaan mereka. Ini bukan masalah sepele move on atau gak move on dari masa lalu. Tapi ini adalah masalah kesetiaan dengan hal yang dulu mampu membuat mereka dan orang-orang yang pernah memainkannya, merasa senang. Mereka seakan tidak peduli dengan hingar bingar dunia di luar sana. Mereka masih menjual,mengharapkan orang-orang yang sedang ingin bernostalgia, atau berbagi nostalgia dengan anak-anaknya untuk membeli dagangan mereka. Walaupun sebenarnya rada miris, deretan toko nostalgia tersebut harus tertutup stand makanan atau dealer motor gak penting lainnya. Mereka tetap sabar menunggu.

Everyone deserve to be happy. But not in the same way. For some people, stuck in their nostalgic stuff is like the only way to make a happiness. Nyatanya, gak semuanya, terjebak nostalgia, itu menyakitkan.

Dan untuk orang yang merasa senang dengan terjebak di dalam nostalgia,apakah mereka tertekan dengan waktu yang terus berjalan?