Kamis, 15 April 2010

Hello Bangsa Barbar !

Priok, 14 April 2010. Kawasan itu berubah seketika menjadi medan perang. Lupan emosi membahana di awang-awang langit Priok hari itu. Teriakan-teriakan warga merongrong di segala sudut yang ada. Bentrokan tak dapat lagi dihindari.
Satpoll PP, as we know, berusaha mengobrak-abrik segala "kotoran" di sekitar makam Mbah Priok. Tentu saja dengan arogansi mereka yang siap memecah emosi, siapapun itu yang melihatya. Mereka merangsek masuk ke wilayah sekitar Makam Mbah priok, yang termashur di tempat itu.
Sudah dapat ditebak dan diprediksi, juga seakan tidak pernah belajar dari pengalaman. Pembongkarang paksa yang selalu dilakukan Satpol PP, pada akhirnya memicu emosi warga sekitarnya. Cara mereka yang kasar dan terkesan seenaknya, meledakkan emosi warga. Sedetik kemudian, perang itu muncul.
Tidak perlu jauh-jauh meliput hingga ujung Timur Tengah untuk menyaksikan keganasan sesama manusia. Priok, bisa dijadikan alternatif hari itu. Semua saling hantam, saling pukul. Ironis melihatnya. Sesama bangsa Indonesia sangat bersemangat untuk menjatuhkan saudara sendiri. Jurang antara rakyat jelata dengan birokrat dan tangan panjangnya semakin dalam. Kerusuhan seakan menjadi tameng sebuah bentuk protes atau ketidaksetujuan "wong cilik" terhadap keputusan pemerintah. Segalan macam bentuk baku hantam terekam jelas di kamera (bahkan tanpa sensor). tayangan tersebut seakan membuat hati kita teriris-iris. Entah itu sengaja atau tidak.
Yang jelas, satu hal yang membuatku pribadi kecewa, ketika melihat saudara kita saling baku hantam. Tak ada rasa ampun ketika mereka saling berhadapan.
Dahulu, cara tersebut mungkin bisa jadi dibenarkan (walaupun dari sisi kemanusiaan saya tetap tidak setuju) dan mungkin bisa dianggap sesuatu yang heroik. Tapi ketika bangsa ini telah merdeka, apa yang akan didapat saat kedua pihak yang masih satu nenek moyang saling berseteru, saling berteriak satu sama lain, bahkan saling memaki. sangat barbar.
Sebenarnya, kerusuhan Priuk ini hanyalah bukti kecil sifat "barbar" orang Indonesia. Entah disebabkan faktor apa, namun semakin hari rakyat jelata semakin mudah tersulut emosinya. Tak salah jika menyebutnya dengan kata "barbar". Tidak ada pemikiran logis ketika akan melakukan atau menetapkan sebuah keputusan.


Tidak ada komentar: