Senin, 20 April 2009

Are We Friends or We Are the Lovers?


Tag line bagus dari film "Beautiful Summer" (kalau gak salah, lupa soalnya film lama). Kenapa bagus karena ini normal, cukup mengganggu (bagiku) tapi meaingful. Seringkali terjadi (terbukti dengan banyaknya soundtrack yang menyertainya) kadang berujung manis, tidak jarang berujung pahit.
sebenarnya apa yang terjadi? bagaimana kita bisa mencintai orang yang selam ini kita anggap sebagai treman kita?
sedikit cerita aja, hal ini juga pernah terjadi padaku. Namun tidak berlanjut ke hubungan yang lebih jauh. Aku sudah komitemen dengan "teman"ku itu untuk menyimpannya sebagai suatu kenangan saja. bukan melupakannya.
bagiku hal seperti ioni sangat manusiawi dan wajar. Kedekatan emosional sebagai teman dekat yang berlebih kadang berujung pada kedekatan emosional yang berbeda. Perasaan aman dan nyaman berada di dekat teman dekat bisa mendorong kecenderungan tersebut.
Tapi mengapa hal seperti itu seringkali terjadi???
Suatu hari saya sempat ngobrol dengan salah seorang teman. Dia mengalami satu kejadian seperti yang dibahas di tema ini. "Sahabat Jadi Cibta" kalau kata band Zigaz. Menurut alibinya, ketika dia merasakan hal seperti itu, dia akan melakukan "persamaan persepsi" antara dia dan teman yang disukainya.
Pertama sedikit bingung dengan istilah persamaan persepsi. Ternyata yang dilakukan adalah sebuah kesepahaman antara satu dengan yang lainnya, ketika satu sama lain saling suka. Dan si situlah menurut dia arti "relationship"
Entah kenapa saya tidak setuju dengan "persamaan persepsi". Oke, kalau memang kita mengerti satu sama lain. Lalu bagaimana kalau lawan jenis kita "tertarik" pada makhluk lain di luar sana. Tidak ada suatu ikatan yang bisa menahannya.

Yah, mudah saja bagi saya. Kalau persepsi sudah sama (dan tidak perlu dideklarasikan sebenarnya, tinggal bilang komitmen aja cukup. Karena komitmen merupakan perjanjian tidak tertulis yang akan terpatri di hati masing-masing individu. Nah, baru setelah itu silahkan mengartikan itu sebuah relationship, pacaran atau dating. Karena kata-kata itu hanyalah sebuah simbol. Satu yang penting ya cuma itu, KOMITMEN!
Betul???


2 komentar:

zulfa aulia mengatakan...

sepertinya saya pernah mendengar satu alinea yang terakhir
yup. KOMITMEN is the main point
tapi status make it better...

tergantung darimana kita menyikapinya
kalo dari sisi ISLAM sebagai pegangan hidupmu,,IT'S ENOUGH!!!
ta'aruf wae nda....

Nanda Bagus mengatakan...

haha, sebenere kalo stautus ada, namun tidak ada komitmen dari diri kita untuk saling menghargai persepsi masing-masing pasangan menurutku juga non sense.
status, itu sesuatu yang sakral gak boleh dimaen-maenin, di luar status itu kita punya komitmen yang juga tidak boleh dimaen-maenin...