Minggu, 14 Agustus 2011

Journal

Beberapa waktu yang lalu saya sempet update akun jejaring sosial yang berisi tentang jurnal, menulis jurnal dan sebagainya. Saya memang menulis update seperti itu pasca "mengubek-ubek" isi komputer. Rencananya sih cuma mau ersihin file-file yang udah kadaluarsa. Eh ternyata malah nemu satu folder (bisa dikatakan unyu) yang berisi tulisan atau semacam jurnal (oke... terserah kalo dibilang buku harian) yang isinya laporan atau ya semacam cerita apa yang terjadi hari itu atau rentang waktu yang telah terjadi.

Singkat cerita, saya baca lagi jurnal-jurnal dengan bahasa campur aduk bin nggilani itu. Lucu, seru dan yang jelas, saya bisa melihat seperti apa saya, empat tahun atau tiga tahun yang lalu. Jurnal itu mulai rajin saya tulis sejak semester awal kuliah. Sekarang saya resmi semester 9. Wow.

Secara tidak langsung, saya sekarang bisa merasakan keajaiban menulis jurnal. Maksudnya disini, menulis catatan seperti itu ternyata ada gunanya. Dari total 21 tulisan yang ada (dengan periodisasi gak jelas juga), kelihatan progres apa aja yang telah dilalui. Bagaimana kabar target-target yang ditulis di awal kemudian terjawab di bagian lain. Menarik. Di satu sisi ada semacam hiburan tersendiri, di sisi lain, secara tidak langsung, dengan ada jurnal-jurnal tersebut, saya lebih mudah mengidentifikasi hal-hal kecil maupun besar sebagai bahan evaluasi diri. Dengan membacanya, percaya deh, pasti akan muncul pertanyaan : apakah saya sekarang lebih baik dari yang dulu? sama aja? atau bagaimana?

Hal ini sangat terasa ketika saya mulai tidak aktif lagi menulis jurnal. Malas adalah penyakit utama. Dari tanggal penulisan, jurnal terakhir saya terhenti di tahun 2009. Itu berarti di tahun 2010, saya tidak pernah menulis hal semacam ini. Dan apa yang terjadi? terasa perbedaannya. Bisa dibilang tahun 2010 merupakan tahun terburuk. Semakin awut-awutan, kacau tidak terorganisir dan semuanya. Tidak perlu dijelaskan apa-apa saja yang terjadi hingga saya menyebutnya buruk. Yang jelas, saya seperti asal jalan, sulit mengidentifikasi hal-hal yang sebenarnya butuh sebuah evaluasi. Sekalinya mau intropeksi, semua kalah dengan satu kata. LUPA.

Ya, journal atau catatan harian membantu kita dalam melawan LUPA. Seperti pekerjaan wartawan. Meskipun memori adalah senjata utama ketika melakukan suatu peliputan, namun wartawan juga tak lepas dari hal-hal pendukung seperti notes atau perekam. Tujuannya jelas. Agar semua bisa tercatat, tidak ada yang tertinggal. Nah, kerja jurnal bisa dikatakan semacam itu. Gak kerasa di awal, tapi makin jelas di akhir. Perkara yang harus ditulis tidak harus sesuatu yang berat terus. Bisa juga menuliskan catatan-catatam tentang peristiwa lucu atau hal-hal yang membuat bersemangat. Coba tulis, simpan, dan besok setelah beberapa waktu coba dibaca. Akan terlihat "sesuatu" disini. Akan terlihat naik turun hidup kalian sendiri. Karena itu menarik. Dan kita butuh itu.

Tidak ada komentar: