Kamis, 21 Juli 2011

Bang Nazar, Partai Biru dan Mbak Fanny

kali ini saya mau bahas berita yang kini santer keluar di media massa. Yah apalagi dengan ceritabang Nazar. Uda beberapa hari ini wajah pertelevisian isinya "nyanyian" bang Nazar. Entah berupa teleponlah, BBmlah. Bahkan Suara jingle iklan roti (yang gak sengaja kedengeran dan jadi backsound Bang Nazar pas lagi telepon) juga dibahas abis-abisan. Komentar saya : ini apaaa... -____-

Sebenarnya, kasus bang Nazar ini predictable. Saya gak mau cerita predictablenya sebalah mana. Tapi cerita Bang Nazar ini memang terlihat aneh sejak pertama. Kalau boleh pinjem istilah di film, semacam plot hole gitu. Kepergian Bang NAzar ke Singapura pertama kali ini sudah menimbulkan kecurigaan. Kok bisa? katanya buronan? masak ngelacak aja gak bisa? dan alasannya selalu gak mutu.

Curiga bolehlah ya. Saya memang tidak begitu suka dengan masalah politik. Tapi kejanggalan demi kejanggalan yang terus terjadi membuat saya ingin berkomentar (ceilahhh....)

Partai ini (taulah ya) sudah masuk ke dalam zona merah. Zona dimana orang-porang di dalamnya mulai terbuai dengan kekuasaan, nikmat duniawi , yang kemudian membuat perpecahan. Mungkin inilah akibatnya jika pembina partainya cuma bisa prihatin aja, tanpa ada tindakan tegas.

Ironisnya, mau tidak mau media jadi mengekspos habis-habisan masalah ini. Masalah lain yang sebenarnya lebih urgent malah kurang kena exposure. Dan lagi-lagi, bapak pemimpin kita yang pinter nyanyi, masih melakukan pencitraannya. Pencitraan gagal yang terus dipaksa. Beliau selalu sibuk dipaksa pidato mengenai kasus yang menimpa partainya. Okelah, kalo ujung-ujungnya keadilan tapi tapi tapi... This country is not about you and your damn party sir! remember that!


Harapan? yah harapan terus ada. Jangan dipikirin tu ulah nazar, pak beye (wah frontal) si anas atau si Sutan Bathogana apalah itu (sumpah, enek bgt ngeliat bapak satu ini, hampir tiap hari nongol mulu di tipi). Fokus aja, berharap langsung ke Tuhan aja.

daripada mikirin begituan, sebenarnya saya lagi sedih. Ditinggal mbak Fanny Fabriana kawin. *nangis selonjoran di samping kasur*

Tidak ada komentar: