Senin, 07 Mei 2012

An inconvenient truth?

Ternyata ada banyak hal di dunia ini yang saya belum tahu. Pergerakan awan mendung yang tiba-tiba dari solo ke boyolali dan boyolali ke solo, animo penonton the avenger yang ternyata gila banget sampai pada prinsip seorang waria. Yang terakhir, itu serius, dua rius kalau bisa. Itung-itung pemanasan atau nyari bekal sebelum nonton film Lovely Man, yang melambungkan nama Donny Damara. Waria? prinsip?

*semoga ini bukan spoiler project teman saya hehehe*

Dalam hidup ini seberapa jauh mengenali prinsip? sesuatu yang prinsipal? sesuatu yang katanya dipegang penuh dengan penguatan komitmen di dalamnya. Apakah benar-benar "straight" atau masih belak-belok? 

dari obrolan singkat - karena kekenyangan- semalam bareng teman saya yang projectnya tentang waria, sedikit banyak saya mulai ada pemahaman tentang konsepsi waria, walaupun kadang masih menabrak langsung logika atau nalar saya. Dari sekian banyak fakta yang saya dapatkan (melalui hasil risetnya) ada satu fakta menarik di sini. Waria yang diwawancarainya mempunyai prinsip untuk tetap menjadi waria sampai mati. Saya takjub, ternyata pikiran saya sedemikian sempitnya tentang waria. Iseng saya cari di wikipedia tentang definisi waria


Waria (portmanteau dari wanita-pria) atau wadam (dari hawa-adam) adalah laki-laki yang lebih suka berperan sebagai perempuan dalam kehidupannya sehari-hari. Keberadaan waria telah tercatat lama dalam sejarahdan memiliki posisi yang berbeda-beda dalam setiap masyarakat. Walaupun dapat terkait dengan kondisi fisik seseorang, gejala waria adalah bagian dari aspek sosial transgenderisme. Seorang laki-laki memilih menjadi waria dapat terkait dengan keadaan biologisnya (hermafroditisme), orientasi seksual (homoseksualitas), maupun akibat pengondisian lingkungan pergaulan.


Selama ini, saya selalu mengira, menjad waria atau portmanteau (entahlah, tapi istilah ini keren) disebabkan oleh dua hal terakhir, orientasi seksual dan kondisi lingkungan pergaulan. Malah saya menambahkan ada yang jadi waria karena motif ekonomi (seperti di film Lovely Man dan beberapa film lainnya). Nah untuk yang terakhir ini yang menyebabkan kesan negatif waria mulai terbentuk. Ketika melihat penjelasan singkat wikipedia saya baru ngeh, apa itu hermafroditisme. Kalau dilihat sekilat memang mengacu pada kata hemafordit. Karena penasaran, maka saya coba googling istilah hemafroditisme dan saya menemukan artikel menarik tentang ini.

Karena saya bukan ahli genetika (sebenarnya gak ngerti :p), maka saya sedikit ngutip-ngutip tulisan Gunawan Kosasih dari Bagian Anatomi FK UI. Sebelum jauh jadi laki-lakipun, jenis kelamin manusia ditentukan oleh tiga hal yakni genetik, sex organizers dan kelenjar-kelenjar endokrin. Sekalipun demikian, mau itu nantinya laki-laki atau perempuan, nyatanya tidak ada seorang individu yang benar-benar 100% laki-laki atau perempuan (nah loh!). Setiap orang juga memiliki sifat-sifat dari jenis kelamin yang berlawanan meskipun dalam tingkat rudimeter, selama hal itu tidak berlebihan. (nah, dari sini saya jadi rancu dengan istilah "lelaki sejati" :D)

Nah penyebab hermafroditisme itu secara singkat dijelaskan menjadi tiga faktor (Dalam hal ini gangguan dalam pertumbuhan jenis kelamin) yakni :
1. lemahnya rangsang pembentukan jenis kelamin (faktor genetik)
2. perubahan reaksi organ-organ terhadaprangsang pembentukan jenis kelamin
3. perubahan-perubahan dalam keadaan biologik sekelilingnya.

Hal-hal ini dapat mengakibatkan differensiasi yang tidak sempurna dari tingkat yang ringan hingga yang berat. Balik ke awal, sehingga waria dalam "golongan" ini memang terjadi katakanlah "dilema" yang sifatnya genetik. Sehingga dia memilih (walau sebenarnya bukan pilihan) untuk menabrak logika yang sudah ada. Dia tahu, secara agama dia telah menentang, tapi dia menyerahkannya semuapada Tuhan. Toh Tuhan nanti yang menilainya, bukan manusia. Dia berpirnsip sedemikian kuat, di atas desakan genetik kontra stigma masyarakat yang membuntutinya.

Lalu bagaimana dengan kita? ada yang bilang kalau gak punya prinsip kayak bencong atau banci, tapi nyatanya merekapun juga mempunyai prinsip, sangat kuat malah? it is your life and you decide it.

2 komentar:

Unknown mengatakan...

paksaan lingkungan pengaruh gak sih?

ngeblog dapet android, ikutan yuk!

Nanda Bagus mengatakan...

kalo menurut saya gak, karena hal seperti itu dilakukan dari diri sendiri. Lingkungan cuman mempengaruhi bukan memaksa. Tinggal gimana individunya, kalau emang bener laki yang walau berada di tengah-tengah transgender lain, dia akan tetep laki dan gak berubah pendirian