Sabtu, 14 Januari 2012

Wanita : Beda Dulu Beda Sekarang

Tempo hari saya pernah bikin twit "why women are so complicated?"
Ya jujur itu pandangan saya. Dalam konteks memahami seorang wanita, itu bukan hal yang mudah. Kata-katanya semiotik, ungkapannya suka bias, delik matanya mengandung sejuta arti, gesture yang kadang susah ditebak dan sebagainya. Namun, serumit apapun, yah, you are the women and we are the man, we loves you, yeah, hukum dunia itu mah.

Tapi di atas semua itu, nasib jaman memang membentuk banyak karakter baru. Banyak faham baru. Dulu dan sekarang tentunya berbeda. Ini makin saya tangkap setelah terjadi forum antah berantah antara 4 pria dan 3 wanita semalem. 


Saya membingkai karakter wanita "masa kini" melalui obrolan dengan 3 teman wanita semalam. Sebenarnya sih sudah tau ya, antara wanita dan modernitas, tapi yang kemarin makin memperkuat persepsi.Ya, saya membicarakan wanita masa kini, cantik, modern, mandiri, independen, dan segudang atribut lainnya.

Oke, cantik. Saya tidak terlalu mempermasalahkan mengenai hal ini. Nggak munafik memang, penampilan atau appeal menjadi katakanlah lapisan pertama yang akan terlihat. Tapi saya memang bukan tipe memandang konsep "cantik" secara mainstream. Bahasa kerennya adalah konsep kecantikan atas kesepakatan kapitalistik, atau ya gampangnya cantik yang kayak ditipi-tipi. Dulu cantik itu semok (tahun 1950-an), lalu berkembang dengan dada yang menyembul beserta bulu ketek yang sengaja diumbar (ingat Eva Arnaz?) lalu sekarang berubah jadi mancung, dagu menonjol, badan pas, gak semok atau bahkan cenderung kurus dan apapun bentuknya yang bisa ditemukan pada seorang Nadya Hutagalung. 

Karena bagi saya cantik itu konsep, maka sebenarnya makna cantik itu ya berasal dari bagaimana wanita - dengan apa yang dimiliki- mampu membawa konsep itu dengan baik. Gak perlu harus mengejar konsep cantik yang bertebaran di tv, yang penting tau bagaimana membawa konsep cantik yang pas dengan dirinya. 
Lalu modern. Entah bagaimana, setelah emansipasi menjadi satu kata yang menjadi panutan wanita jaman sekarang, modern menjadi bentuk turunan dari semua itu. Modern, bukan dari fisik saja, tapi berkembang sampai cara berpikir. Bukan hal buruk memang, asal dia tau darimana dia berasal. Itu aja sih.

Kemudian mandiri dan independen. Saya jadikan satu karena implikasinya sama. Ini juga salah satu bentuk emansipasi wanita masa kini. Mandiri, berarti dia siap dan mengatahui apa yang dia butuhkan, target yang ingin dia kejar. Yang paling utama mungkin bagian tahu apa yang dia butuhkan, inginkan, dan mampu untuk mendapatkan semua itu dari keringat sendiri.

Semua itu jadi satu konsep besar yang dimiliki oleh wanita "masa kini". Atribut kemandirian melekat dimana-mana. But still, they're women, yang pada satu titik butuhlah satu makhluk komplementer (kalau gak mau disebut pelengkap) bernama pria.

Dan hidup menjadi pria makin kesini makinlah sulit. Melihat perubahan zaman, sekaligus perubahan cara pandang perempuan akan kesetaraan, mau tidak mau membuat kaum seperti kita (baca: pria) bekerja ekstra. Tuntutan tinggi, standar tinggi juga, berlaku dalam banyak hal. Kalau dulu dengan istilah "mencukupi nafkah" (ini diluar kebutuhan "hati" loh ya) sudah cukup bagi pria untuk dapat "menyanding" wanita, kini standar itu naik. Bukan gengsi takut kalah dari wanita atau gimana, tapi ya udah nature-nya seorang pria untuk dapat memenuhi kebutuhan wanita, bahkan dalam taraf lebih dari cukup. Pemikiran wanita yang lebih kompleks, kebutuhan yang macem-macem, sampe persepsi sebuah relationship di mata wanita di jaman sekarang, semua itu sudah harus masuk list para pria. Kalau boleh jujur ya, saya ya masih ingin besok punya istri yang dia tahu konsep modern itu apa, tapi tidak melupakan harkat martabatnya sebagai wanita. Karena di sini, si pria juga tidak lupa akan harkat martabatnya sebagai tulang punggung utama keluarga. Membantu boleh, sifatnya komplementer mungkin lebih pas. Apalagi untuk masalah.. ehem... menafkahi, bagi saya itu masalah krusial. 

Sekali lagi, ini bukan ngomongin masalah gender, atau siapa yang harus berada di atas. Masing-masing punya peran, punya tugas dan kewajiban. Kualitas bisa terjadi kalau masing-masing mengetahui, sadar dan melakukan perannya dengan baik. Ah, rasanya jadi pengen cepet kerja, cari nafkah buat keluarga saya di masa depan kelak.

:D


6 komentar:

joecgp mengatakan...

uraian yang bagus.. Memberi ide buat posting.. Sesuatu yg setiap hari ada di sekitar qt//jika di terjemahkan dalam kata kata akan menjadi satu hal yg menakjubkan. Maju terus gan.. Jadi pgn cepet2 buka dasbord wp-admin..

Nanda Bagus mengatakan...

ya,kadang hal yang sebenarnya terjadi di sekitar kita, atau bahkan yang biasa kita kerjakan, bisa lebih bermakna jika diteliti dengan kata-kata hahaha
thanks commentnya, ditunggu postingnya!

zulfa aulia mengatakan...

asli, gue baru banget mau bikin posting tentang pria atau wanita, cuma gue masih labil mana duluan yang mau gue posting. daaaann...udah keduluan. zzzzz

Nanda Bagus mengatakan...

bhahahahahahahak...
yasitu sik pake labil segala :p

alina dewi hartanti mengatakan...

kalo saya pengen nikah dulu aja deh hahahah

Nanda Bagus mengatakan...

ha, boleh juga, tapi masnya siap belum itu al?