Rabu, 12 Oktober 2011

Kotak Memori itu adalah : Musik

Ngobrolin selera musik, saya termasuk tipe bunglon. Selera berubah-ubah ngikutin mood. Mungkin banyak juga yang seperti ini. Dan bicara tentang musik, percayalah, musik itu bak kapsul waktu yang bisa membawa ke mana saja. Teorinya, kamu suka musiknya si tengil Bieber misal, apa yang ingat sepuluh tahun ke depan (mudah-mudah bieber udah pensiun) bukan hanya musiknya. Tapi momen-momen bergelayut (tsahhh..) di belakangnya. Kamu tidak hanya ingat lirknya, tapi juga hidup kamu saat itu. Semuanya.



Share aja lah, saya juga punya playlist yang bisa bikin efek begituan. Beberapa berasa nampol banget, sianya cuman lewat sekilas-sekilas. Mungkin ada yang ingat Westlife, trus jadi keinget masa SD-MP (bukan untuk saya, saya bukan fans mereka :p), yang lain mungkin inget lagu-lagunya Sheila on 7 jaman jebot, atau justru jaman-jaman ketika kawanan F4  menelanjangi televisi tiap malam. Saya -entah mengapa- justru menunjuk lagunya Jagostu berjudul Mau Tak Mau sebagai salah satu lagu yang bikin deg tiap kali ngedengerinnya. Saya bukan fans Jagostu atau pemuja Eros. Tapi ini terjadi karena teori abal-abal yang saya buat tadi. Lagu itu -diluar pesan yang memang dalam- keluar disaat saya masuk kuliah. Yang saya ilhami dari momen itu adalah sebuah lompatan hidup terbesar saya. Ya, saya memang baru melihat dunia sebenarnya ketika masuk kuliah, bertemu orang lain. Dan, Mau Tak Mau seakan menjadi jawaban saya kala itu. ya mau gak mau, saya harus bisa survive di sini, saya harus melanjutkan hidup saya.

 "mau tak mau ku harus, melanjutkan yang tersisa..."

Ada beberapa lagu lain yang bisa mengingatkan pada situasi kondisi tertentu. Lagu-lagunya Frau misalkan, entah kenapa selalu membuat saya kangen sama kota Jogja. Siapa yang bisa lupa Negeri Di Atas Awan yang dinyanyikan dengan super syahdu oleh Katon Bagaskara. Lagu itu membawa saya kembali menjadi bocah tidak berdosa yang sedang tidur tenang di pangkuan ibu. Forget Jakarta-nya Adhitya Sofyan, justru berkebalikan dengan judulnya, lagu ini malah mendekatkan saya dengan Jakarta. Atau heartbroken song yang menurut saya paling ngenes abad ini, Munajat Cinta-nya Dewa dan Diantara Kalian milik D'masiv (bahkan untuk kasus D'masiv jadi sebuah trauma tersendiri, termasuk sama lagunya hahahaha..). Ada yang lebih gak nyambung, kalau dengerin lagunya Letto yang Sebelum Cahaya, yang saya ingat justru masa ospek kampus. Gimana gak inget, tiap kali pulang ospek, yang diputer di tipi itu mulu...

Efek dari nulis postingan kali ini adalah, kira-kira lagu apa yang memorable 5 atau 10 tahun ke depan untuk saat ini (atau setidaknya beberapa aktu terakhir ini). Dan saya sudah mengantongi beberapa kandidat yang mungkin punya efek khusus kayak lagu-lagu yang saya sebutin di atas. Dari lagu paling optimis sampai lagu tergalau, semua komplet! hahahaha...

   
   

Tidak ada komentar: