Jumat, 02 Desember 2011

Memaknai Galau

Galau.
Satu kata ini memang sangat-amat-begitu membahana di tahun ini. Padahal keberadaannya jelas sudah ada dari jauh-jauh hari. Entah siapa yang meciptakan kata galau, tapi dia patut bersyukur pada twitter karena telah melambungkan namanya ~hingga memunculkan begitu banyak arti~. Secara harafiah galau dapat diartikan sebagai ber.ga.lau a sibuk beramai-ramai; ramai sekali; kacau tidak keruan (pikiran).



Tidak ada diskursus yang pasti mengenai definisi galau di sini. Saya lebih mengartikan sebagai perasaan cemas, khawatir, was-was, bimbang dan sebagainya. Pertanyaan sebenarnya bukan pada arti galau namun lebih ke, mengapa kata ini begitu terkenal dan booming di era sekarang? merujuk ke arti harafiahnya, analisis acakadut saya menilai, penggunaan kata galau lebih kepada arti terakhir. Yakali ada rame-rame di jalan terus dibilang " eh ada kegalauan." Rasanya kok gak pas kalau digunakan pada konteks sekarang ini hehehe.

Jadi kalau merujuk pada "kekacauan di pikiran" maka analisis saya selanjutnya adalah, banyak yang merasakan "kacaunya pikiran" di tahun ini. Suatu hal disebut booming atau fenomenal, apabila hal tersebut mempunya keterkaitan secara langsung atau tidak langsung terhadap banyak orang (baik secara fisik maupun non fisik seperti emosional). Jadi singkatnya, banyak orang yang sedang "galau" di tahun ini. Gak ngerti apakah tahun sebelumnya, orang-orang masih pada sehat pikirannya atau gimana, terbukti galau belum se-yess sekarang. Kesimpulan lain, mungkin tahun lalu kata galau masih menggunakan istilah lain.

sekarang pada penggunaannya. Berdasarkan riset kecil-kecilan (sebenarnya cuman mengamati apa yang terjadi di sekitar :p), kata galau lebih banyak mengacu pada "kacaunya pikiran" oleh masalah-masalah remeh temeh seperti ~ehm~ cinta-cintaan. Mungkin kalau diprosentase bisa kali nyampe 60 persen. Sisanya baru menyasar ke ranah lain.

Untuk masalah terakhir, saya tidak tahu apa sebenarnya kata galau lebih banyak disematkan untuk urusan begituan (kalau saya, sebagai mahasiswa semester akhir, galau lebih kepada kecemasan kita pada tugas super bernama skripsi yang tak kunjung usai). Selain itu, penggunaan kata ini kenapa lebih populer pada anak-anak muda, katakanlah usia 15 sampai 30 tahun. Kata yang sangat ngehits di kalangan mahasiswa, dinilai tidak seksi untuk bapak-bapak ibu-ibu.

Padahal dengan arti "kacau pikiran", kata galau seharusnya lebih bisa menyentuh pada ranah yang lebih serius. Lihat saja keadaan negara yang semakin tidak jelas, kata galau harusnya bisa menempati kata-kata lain yang mewakili kecemasan kita pada keprihatinan tersebut. Kita patut galau melihat kondisi pemerintahan kita, perlakuan birokrasi kita, polah tingkah para koruptor, lumpur lapindo yang tak kunjung usai, bencana yang hilir mudik dan lain-lain. Kenapa tidak bisa seperti itu? kenapa penggunaanya sempit sekali?

Galau, misalkan bentuk lain dari kecemasan, seharusnya lebih universal lagi penggunaanya. Karena galau itu manusiawi (cemas merupakan kondisi psikologi yang wajar terjadi pada seseorang), jadi galau bukan suatu hal yang spesial ternyata. Hanya gejala, atau indikasi awal sebuah perasaan negatif yang menimpa kita, selanjutnya tergantung seberapa positif diri kita mengawasi kegalauan.

Jadi, jangan malu-malu untuk galau *setel Adele satu album*
 
Referensi: http://kamusbahasaindonesia.org/galau#ixzz1fNSvQclT
 

Tidak ada komentar: