Rabu, 14 Desember 2011

Pisau Bedah

~ini cuma potret galau akadmis yang semakin memprihatinkan akhir-akhir ini~
(masih 2011 kan? galau masih berlaku kayaknya)

Singkatnya tiga minggu terakhir ini saya mumet kesana-kemari (sekali lagi, bukan cari alamat), untuk mencari teori komunikasi yang akan relevan dengan penelitian saya. Saya patut "harap-harap cemas" dengan progres skripsi saya. Pasalnya temen seangkatan (yang ngajuin skripsinya barengan) rata-rata sudah pada lanjut bab 3. Oke, itu bukan masalah besarnya. The real big problem is, ini teori komunikasi kayak apa yang kudu dicantumin? 



Sudah 3 kali ngajuin teori yang berbeda (memakan waktu sebulanan), dengan penjelasan selogis mungkin, eh tapi tetep aja, balik disuruh revisi. Memang di skripsi saya, bagian ini paling krusial. Sebenarnya tidak mengherankan jika harus rajin-rajin ditinjau ulang tingkat revisinya. Selain menjadi basic penelitian, teori menguatkan fokus penelitian. Dan tentu saja kepatutan saya sebagai mahasiswa komunikasi. meh....

Sempet stuck, dan pada akhirnya dosen pembimbing saya yang gak doyan pake pantofel di kampus itu mengeluarkan quote ajaib :
Teori itu layaknya pisau bedah yang siap membedah, dan skripsi merupakan anatomi yang akan dibedah
Sebenarnya gak begitu ngerti kenapa skripsi tau-tau sampe ke bagian bedah-bedah segala (terus ngapain di post dodol!). Oke, tapi entah kenapa quote itu berasa disemangati dari dosen pembimbing. Rasnya luar biasa lho, apalagi yang setipe ~you-know-who~

Yah, satu lagi pelajaran dari skripsi. Lebih dari teori dan tetek bengek masalah keilmuannya. Namun pengalaman hidup dan pesan khusus, untuk tidak pantang menyerah! uyeaah!
\m/

6 komentar:

Ratna Mega Yunita mengatakan...

Semangat nda

Nanda Bagus mengatakan...

uyeaah!
lo juga ye!

tistia mengatakan...

SETUJU sama pisau bedahnya,, hahaha **yonanda lebih berpengalaman soal ini,, hehe ^^

Nanda Bagus mengatakan...

Yah kan dia kena pas di endingnya may
#eh

tistia mengatakan...

pengalaman orang lain adalah guru yang terbaik ^^

Nanda Bagus mengatakan...

ah mayang kalo masalah pengalam emnag top!
jadi bagaimana kabar teori nak mayang?